KUVET MURAH

KUVET KUARSA / GELAS dan DISPOSIBLE KUALITAS TERBAIK DENGAN HARGA BERSAING
MULAI DARI Rp 100.000,-
Hubungi 082295039612

Rabu, 30 November 2011

Ternyata minum Bir itu sehat loh

Selama ini kita sering memandang bahwa bir sebagai minuman beralkohol akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan, tapi ternyata, dalam beberapa penelitian, bir ternyata memiliki dampak yang positif terhadap kesehatan kita (selama tidak diminum berlebih dan tidak melanggar aturan apapun)….
Seberapa jauh sebenarnya bir akan membantu kita untuk menjadi lebih sehat?
1. Menurunkan Resiko Sakit Jantung
Meminum alkohol dalam jumlah sedang (tidak lebih dari dua gelas untuk pria dan satu gelas untuk wanita per hari) malah menurunkan resiko sakit jantung koroner sampai dengan 30 atau 60 persen, bahkan kepada mereka yang memiliki resiko diabetes, tekanan darah, bahkan juga kepada mereka yang pernah mengalami serangan jantung.
2. Membantu Pembentukan Tulang
Bir mengandung silikon, mineral yang membantu pembentukan massa tulang. Silikon yang terkandung dalam makanan seperti ini akan memperkuat dan meningkatkan kepadatan tulang, terutama di bagian pinggang dan wanita yang mengalami masa menopause.
3. Mencegah Kerusakan Sel
Pencegahan kerusakan sel ini akan mengurangi resiko kanker dan sakit jantung. Hop dan Malt yang digunakan dalam pembuatan bir mengandung antioksidan dalam jumlah besar. Bir juga mengandung polyphenol, antioksidan yang juga ditemukan dalam minuman anggur, buah-buahan, sayuran, dan teh hitam maupun hijau. Bir Lager dan Ale lebih banyak mengandung antioksidan daripada bir encer atau bir tanpa alkohol.
4. Melindungi Peminum dari Stroke
Penyakit seperti Alzheimer dan pikun ternyata merupakan 80% penyebab stroke. Konsumsi bir dalam jumlah menengah sering dikaitkan dengan kemampuan berpikir dan memori yang membaik
Jika kita menghitung volume minuman dan jumlah kandungan alkoholnya, bir memiliki jumlah antioksidan dua kali lipat dari anggur putih, walaupun jika dibandingkan dengan anggur merah, kandungan antioksidan bir hanya setengahnya. Tapi mengenai kemungkinan penyerapan dalam tubuh, karena kecilnya molekul antioksidan bir, maka kemungkinan penyerapan antioksidan bir akan jauh lebih mudah.
Bir tidak mengandung lemak atau kolesterol sama sekali, dan kandungan gula yang ada sangat rendah. Kalori yang ada dalam bir, sebagian sangat besar muncul dari kandungan alkohol, bukan dari kandungan gula yang ada.

Minggu, 27 November 2011

Sistem Endokrin

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh.4
 Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel.
Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol.
Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat luas.
Hormon terikat kepada reseptor di permukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara hormon dan reseptor akan mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi sel.4
Terjadinya gangguan pengendalian endokrin akan menyebabkan beberapa kelainan, seperti penyakit gigantisme dan juga kretinisme.


1.2 Batasan Topik
Adapun batasan topik dalam pembahasan makalah ini adalah:
Definisi Endokrin
Klasifikasi Endokrin dan Fungsinya.
Fungsi Umum Endokrin
Karakteristik Endokrin
Pengendalian Endokrin
Kerja Hormon
Jenis Hormon
Struktur Kimiawi Hormon
Kelainan Endokrin






BAB II
PEMBAHASAN

2.1    DEFINISI SISTEM ENDOKRIN


Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah.
Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh.
Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopik sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari sekumpulan deretan sel, lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak mengandung pembuluh kapiler. Kelenjar endokrin mensekresi substansi kimia yang langsung dikeluarkan ke dalam pembuluh darah. Sekresinya disebut hormon. Hormon yaitu penghantar ( transmitter) kimiawi yang dilepas dari sel-sel khusus ke dalam aliran darah. Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-sel target(responsive cell) tempat terjadinya efek hormon.
Kelenjar endokrin merupakan kelenjar buntu( sekresi internal yang mengirim hasil sekresinya langsung ke dalam cairan limfe). Hasil sekresinya langsung beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus (saluran). Permukaan sel kelenjarnya menempel pada dinding steroid/kapiler.4

2.2    FUNGSI SISTEM ENDOKRIN
Fungsi Umum:
Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang
Menstimulasi urutan perkembangan.
Mengkoordinasi sistem reproduktif.
Memelihara lingkungan internal optimal.5

Fungsi Utama Sistem Endokrin dan hormon yang terlibat:

Homeostasis
Penyimpanan dan penggunaan energi melalui pengendalian metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Imbangan cairan tubuh dan elektrolit.
Fungsi kardiovaskuler.

Hormon yang terlibat:
Insulin, glukagon, katekomlamina, growth hormon, kortisol, hormon-hormon tiroid.
Anti Diuretic Hormon, Aldesteron.
Hormon-hormon tiroid.

Reproduksi
Perkembangan organ seks dan sifat-sifat kelamin sekunder
Gametogenesis( produksi sel telur dan sperma).
Siklus menstruasi.
Kehamilan, kelahiran dan laktasi.

Hormon yang terlibat:
Estrogen(terutama estradiol), progesteron.
Prolaktin, oksitosin.
Androgen(terutama testosteron)5


2.3    KARAKTERISTIK ENDOKRIN

Sistem endokrin terdiri dari sel-sel, jaringan, dan organ yang mampu mensintesis dan mensekresi hormon langsung ke dalam kapiler darah dan limfatika. Akibatnya, kelenjar/ organ endokrin tidak memiliki saluran keluar.
Selain itu, sel-sel pada kebanyakan organ endokrin tersusun berupa deretan atau kelompok, dikelilingi banyak jejaring kapiler.
Adapula sel-sel endokrin yang terdapat sendirian yang dibedakan dari kelenjar enokrin bersel satu karena kenyataan bahwa kutub sekresi mereka( bagian sel yan mengandung produk pensekresi yang matang) tertuju langsung ke arah alas kapiler dibawah suatu epitel dan tidak ke arah lumen suatu organ yang dilapisi oleh epitel itu, contoh: kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, adrenal, dan lain-lain.
Kelenjar endokrin yang khas untuk tipenya terdiri dari kumpulan sel-sel pensekresi yang tersusun dalam lembaran-lembaran, tali-tali atau sarang sel yang tidak teratur yang terfiltrasi oleh suatu anyaman rumit dari kapiler/ pembuluh darah sinusoidal, yang terletak dalam kerangka jaringan penyambung tipis.
Jaringan utama didominasi oleh sel kelenjar yang menghasilkan hormon.
Regulasinya dengan sistem saraf, hormon kelenjar lain, kadar metabolit.
Sistem endokrin dan hubungannya dengan sistem saraf, sama-sama mengontrol dan memadukan fungsi tubuh.  Kedua sistem ini berfungsi untuk mempertahankan homeostasis tubuh.1


2.4    KLASIFIKASI SISTEM ENDOKRIN

Sistem Endokrin terdiri dari beberapa kelenjar:
1. Pineal
2. Hypothalamus
3. Pituitary
4. Thyroid
5. Paratiroid
6. Thymus
7. Adrenal
8. Pankreas
9. Ovary
10. Testis




















1) KELENJAR HIPOFISIS

Kelenjar ini adalah kelenjar yang tidak didasar tengkorak ( sela tursika) fossa pituitaria os sphenoid, besarnya kira-kira 10x13x6 mm dan beratnya sekitar 0,5 gram. Kelenjar ini memegang peranan penting di dalam mensekresi hormon dari semua organ endokrin, yaitu sebagai pengatur kegiatan hormon yang lain dan mempengaruhi pekerjaan kelenjar lain.
Kelenjar hipofisis mengontrol fungsi seksual dan tiroid, pertumbuhan dan metabolism air,protein dan karbohidrat.
Kelenjar ini tergantung dari hipotalamus suatu masa jaringan saraf yang membentuk lantai ventrikel ke 3.

a) Lobus Anterior
Kelenjar hipofisis menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat pengendali produksi sekresi dari semua organ endokrin lain.
Hormon pertumbuhan (somatotropik) mengendalikan pertumbuhan tubuh.
Hormon totropik mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menhasilkan tiroksin.
Hormon adrenokortikotropik(ACTH) mengendalikan kegiatan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal ini.
Hormon gonadotrofik :
Hormon perangsang folikel(FSH) yang berfungsi merangsang perkembangan folikel graaf di dalam ovarium dan pembentukan spermatozoa dalam testis.
Luternising Hormon(LH) atau Interstisial Cell Stimulating Hormon ( ICSH) mengendalikan sekresi ustrogen dan progesteron di dalam ovarium dan testosteron di dalam testis.
Hormon ketiga dari hormon gonadotrofik ini ialah Luteotrofin atau prolaktin, mengendalikan sekresi air susu dan mempertahankan adanya korpus luteum selama hamil.

b) Lobus Posterior
Fungsinya adalah mengeluarkan dua jenis hormon,yaitu:
Hormon Anti-diuretik (ADH)  mengatur jumlah air yang melalui ginjal,
Hormon Axitoksik merangsang kontraksi uterus sewaktu melahirkan bayi dan pengeluaran air susu sewaktu menyusui.



2) KELENJAR TIROID

    Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang terdiri atas dua buah lobus yang terletak di sebelah kanan dan kiri trakea, dan diikat bersama oleh secarik jaringan  tiroid yang disebut isimus tiroid dan yang melintasi trakea di depannya.

Struktur:
Kelenjar tiroid terdiri atas 2 sejumlah besar vesikel yang dibatasi oleh epithelium silinder, mendapat persediaan darah berlimpah-limpah dan yang disatukan oleh jaringan ikat. Sel itu mengeluarkan sekret cairan yang bersifat lekat yaitu koloida tiroid , yang mengandung zat senyawa yodium, zat aktif yang utama dari senyawa yodium ini adalah hormon tiroksin.

    Fungsi:
            Sekresi tiroid di atur oleh sebuah hormon dari lobus anterior kelenjar hipofisis yaitu oleh hormon titotropik. Fungsinya sangat erat bertalian dengan kegiatan metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan, bekerja sebagai perangsang proses oksidasi, mengatur penggunaan  oksigen dan dengan sendirinya mengatur pengeluaran karbon dioksida.



3) KELENJAR PARATIROID

Kelenjar ini berjumlah 4 buah terletak dibelakang kelenjar tiroid. Kelenjar ini menghasilkan parathormon (PTH) yang berfungsi untuk mengatur konsentrasi ion kalsium dari usus, sekresi kalsium oleh ginjal dan pelepasan kalsium dari tulang.

Fungsi Umum:
Mengatur metabolisme fosfor
Mengatur kadar kalsium darah

Kelenjar ini menghasilkan parathormon yang berfungsi untuk mengatur konsentrasi ion kalsium dan fosfor dalam cairan ekstraseluler dengan cara mengatur:
Mengatur absorpsi kalsium dari usus
Ekskresi kalsium dan ginjal
Pelepasan kalsium dari tulang

Hormon paratiroid meningkatkan kalsium darah dengan cara merangsang reabsorpsi kalsium di ginjal dan dengan cara penginduksian sel-sel tulang osteoklas untuk merombak matriks pada tulang sejati dan melepaskan kalsium ke dalam darah.


4) KELENJAR TIMUS

Kelenjar timus terletak dalam torak, kira-kira pada ketinggian bifurkasi trakea. Warnanya kemerah-merahan dan terdiri dari 2 lobus. Pada bayi yang baru lahir sangat kecil dan beratnya kurang lebih 10 gram dan ukurannya bertambah pada masa remaja beratnya dari 30-40 gram dan kemudian mengerut lagi.
Fungsinya belum diketahui, tetap ada sangkut pautnya dengan produksi antibodi. Kelenjar ini merupakan kelenjar penimbunan hormon somatotrof atau hormon pertumbuhan dan setelah dewasa tidak berfungsi lagi. Kelenjar ini menghasilkan tirosin yang berfungsi untuk merangsang limfosit.


5) KELENJAR SUPRARENALIS (ADRENAL)

    Kelenjar ini berbentuk seperti bola atau topi terletak di atas ginjal. Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenalis yang terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian luar (korteks) dan medulla (tengah).
    Beberapa hormon terpenting yang disekresikan oleh korteks adrenal adalah hidrokortison, aldosteron dan kortikosteron yang semuanya bertalian erat dengan metabolisme pertumbuhan, fungsi ginjal dan tonus otot. Semua fungsi menentukan jalan hidup.


6) KELENJAR PANKREAS ( LANGERHANS)

    Kelenjar ini merupakan sekelompok sel yang terletak pada pankreas, sehingga dikenal sebagai pulau-pulau langerhans. Kelenjar pankreas ini menghasilkan hormon insulin dan glikagon. Insulin mempermudah gerakan glukosa dari darah menuju ke sel-sel tubuh yang menembus membran sel. Di dalam otot glukosa di metabolisasi dan disimpan dalam bentuk cadangan. Di sel hati, insulin mempercepat proses pembentukan glikogen atau glikogenesis dan lipogenesis. Kadar glukosa yang tinggi dalam darah merupakan rangsangan untuk mengsekresikan insulin. Sebaliknya glikogen bekerja secara berlawanan terhadap insulin.


7) KELENJAR KELAMIN (GONAD)

1. Ovari (kelenjar sex wanita)

Gonad sex dipengaruhi oleh hormon pituitari dan thyroid. Tanpa pituitari seorang wanita tidak akan menjadi dewasa. Kekacauan ovari pada wanita sering ada hubungannya dengan gangguan pada thyroid. Pada banyak wanita, menstruasi didahului dengan sakit kepala dan pituitari yang akan hilang bila aliran menstruasi mulai berjalan. Hormon ini merupakan diktaror yang menentukan apakah wanita akan langsing dan muda setelah menopause atau apa ia berubah gemuk. Hormon ini menentukan apakah ia punya keturunan atau tidak.


    Ovari menghasilkan dua hormon:
Estrogen, tanpa estrogen perkembangan buah dada dan menstruasi akan kurang baik.
Progesterone, untuk mempersiapkan kehamilan seorang wanita.

2. Testosterone ( hormon pria)

Hormon ini dihasilkan di gonad pria yang sangat mempengaruhi kesehatan jasmani dan rohani pria. Testosterone mempengaruhi pertumbuhan tulang, orang memanfaatkannya untuk menyembuhkan tulang. Hormon yang kuat ini dapat membangunkan otot yang lemah, dapat memberikan zat-zat kepada otot jantung yang mengalami pengunduran. Bahkan testosterone dapat menolong seorang wanita yang menderita kanker payudara.3



2.5    KELAINAN PADA SISTEM ENDOKRIN

1. Kelenjar hipofisis

Hiposekresi :  -    Sebelum pubertas menyebabkan anak tumbuh menjadi orang kerdil.
Sesudah pubertas, dengan keadaan sebelumnya normal akan terjadi keadaan yang dikenal dengan penyakit Shehan. Dalam kedaan ini timbul perubahan atrofik didalam kelenjar gonad, thyroid dan adrenal.
    Hipersekresi :  -    Sebelum pubertas menimbulkan gigantisme.
Sesudah pubertas menyebabkan akromegali, suatu keadaan dengan tulang dan juga organ lainnya seperti organ jaringan lunak menjadi tebal dan kasar.

2. Kelenjar tiroid

Sekresi dari tiroid normal berisi sedikit yodium, dan di daerah dengan yodium yang sangat kurang dalam persediaan airnya dapat diberikan garam yang sudah dibubuhi yodium atau manis yang dibubuhi yodium. Penyakit gondok (pembesaran sederhana tiroid) adalah umum di daerah ini.

Hiposekresi : Bila kelenjar tiroid kurang mengeluarkan sekret pada waktu bayi maka mengakibatkan suatu keadaan yang namanya kretinisme, berupa hambatan pertumbuhan mental dan fisik. Pada orang dewasa, kekurangan sekresi mengakibatkan nixudema proses metabolik mundur dan terdapat kecenderungan bertambah berat, lamban, cara berfikir dan bicara lamban, kulit tebal dan kering, rambut rontok.

Hipersekresi : Pada pembesaran kelenjar dan penambahan sekresi yang disebut hipertiroidisma, semua simptonnya sebaliknya dari niksudema. Pasien turun beratnya, gelisah dan mudah marah, kecepatan denyut nadinya naik “cardial output” bertambah dan simpton cardeo vaskuler mencakup fibrilasi atrium dan kegagalan jantung.

3. Kelenjar paratiroid

Hipoparatiroidisma : Terjadinya saat kekurangan kalsium di dalam isi darah (hipokalsemia), mengakibatkan keadaan yang disebut tetani dengan gejala khas kejang dan konvulasi.
Hiperparatiroidisma : Over aktifitas kelenjar. Keseimbangan distribusi kalsium tergannggu, kalsium dikeluarkan kembali dari tulang dan dimasukkan ke dalam serum darah, dengan akibat terjadinya penyakit tulang dengan tanda-tanda khas bahwa beberapa bagian keropos.
Hipertiroidisma         :     Pada gondok toxik jangan dikacaukan dasar pembesaran  
  sederhana. Pada golongan gondok non toxik kelenjarnya membesar tetapi sekresi tidak bertambah dan tidak abnormal.
Hipotiroidisma    :    Dapat diobati dengan tablet yang menghentikan produksi tiroksin dalam kelenjar.

4. Kelenjar suprarenal

Pada kelenjar ini terdapat penyakit Addison, penyakit ini adalah penyakit hipofungsi. Hiperfungsi dapat disebabkan oleh tumur kelenjar adrenal yang mengakibatkan sindrom cusching.3



2.6    HORMON UTAMA
Hormon
Yg menghasilkan
Fungsi
Aldosteron
Kelenjar adrenal
Membantu mengatur keseimbangan garam & air dengan cara menahan garam & air serta membuang kalium
Hormon antidiuretik
(vasopresin)
Kelenjar hipofisa
Menyebabkan ginjal menahan air
Bersama dengan aldosteron, membantu mengendalikan tekanan darah
Kortikosteroid
Kelenjar adrenal
Memiliki efek yg luas di seluruh tubuh, terutama sebagai:
Anti peradangan
 Mempertahankan kadar gula darah , tekanan darah & kekuatan otot

Membantu mengendalikan    keseimbangan garam & air
Kortikotropin
Kelenjar hipofisa
Mengendalikan pembentukan & pelepasan hormon oleh korteks adrenal
Eritropoietin
Ginjal
Merangsang pembentukan sel darah merah
Estrogen
Indung telur
Mengendalikan perkembangan ciri seksual & sistem reproduksi wanita
Glukagon
Pankreas
Meningkatkan kadar gula darah
Hormon pertumbuhan
Kelenjar hipofisa
-Mengendalikan pertumbuhan &  perkembangan
-Meningkatkan pembentukan protein
Insulin
Pankreas
-Menurunkan kadar gula darah
-Mempengaruhi metabolisme glukosa, protein & lemak di seluruh tubuh
LH (luteinizing hormon)
FSH (follicle-stimulating hormon)
Kelenjar hipofisa
-Mengendalikan fungsi reproduksi (pembentukan sperma & sementum, pematangan sel telur, siklus menstruasi
-Mengendalikan ciri seksual pria & wanita (penyebaran rambut, pembentukan otot, tekstur & ketebalan kulit, suara dan bahkan mungkin sifat kepribadian)
Oksitosin
Kelenjar hipofisa
Menyebabkan kontraksi otot rahim & saluran susu di payudara
Hormon paratiroid
Kelenjar paratiroid
-Mengendalikan pembentukan tulang
-Mengendalikan pelepasan kalsium & fosfat
Progesteron
Indung telur
-Mempersiapkan lapisan rahim untuk penanaman sel telur yg telah dibuahi
-Mempersiapkan kelenjar susu untuk menghasilkan susu
Polaktin
Kelenjar hipofisa
Memulai & mempertahankan pembentukan susu di kelenjar susu
Renin & angiotensin
Ginjal
Mengendalikan tekanan darah
Hormon tiroid
Kelenjar tiroid
Mengatur pertumbuhan, pematangan & kecepatan metabolisme
TSH
(tyroid-stimulating hormon)
Kelenjar hipofisa
Merangsang pembentukan & pelepasan hormon oleh kelenjar tiroid.4





2.7    MEKANISME KERJA HORMON

Langkah pertama kerja suatu hormon adalah pengikatan hormon pada reseptor spesifik disel target. Sel yang tidak memiliki reseptor untuk hormon tersebut tidak akan berespon.
    Reseptor untuk beberapa hormon terletak pada membran sel target, sedangkan reseptor hormon yang lain terletak di sitoplasma atau di nukleus. Ketika hormon terikat pada reseptornya, hal tersebut biasanya akan menginisiasi serangkaian reaksi di dalam sel, dengan setiap tahap reaksi yang semakin teraktivasi sehingga sejumlah kecil konsentrasi hormon bahkan dapat mempunyai pengaruh yang besar.
    Reseptor hormon merupakan protein berukuran besar, dan seriap sel yang di stimulasi biasanya memiliki sekitar 2000-100.000 reseptor. Setiap reseptor biasanya juga sangat spesifik untuk sebuah hormon, hal ini menentukan jenis hormon yang akan bekerja pada jaringan tertentu. Jaringan target yang dipengaruhi oleh suatu hormon adalah jaringan yang memiliki reseptor spesifikly.
    Lokasi berbagai jenis reseptor hormon secara garis besar adalah :
1. Di dalam permukaan atau pada permukaan membran sel. Reseptor membran sebagian besar spesifik untuk protein, peptide dan hormon katekolamin.
2. Didalam sitoplasma sel. Reseptor utama untuk berbagai hormon steroid terutama detemukan dalam sitoplasma.
3. Didalam nukleus sel. Reseptor untuk hormon tiroid dijumpai di nukleus dan lokasinya diyakini berhubungan erat dengan satu atau lebih kromosom. 2



2.8    STRUKTUR KIMIAWI HORMON

1. Protein dan polipeptida
Peptida/derivate peptide dibuat di kelenjar buntuk yang berasal dari jaringan alat pencernaan, peptida bersirkulasi bebas dalam plasma lebih kurang 5-10 menit. Protein dan polipeptida mencakup hormon-hormon yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior dan posterior, pankreas (insulin dan glukagon), kelenjar paratiroid (hormon paratiroid), dll.

2. Steroid
Hormon steroid mempunyai inti Cydo-pentano-perhidrophenantren yang dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal dari mesotelium. Testis (testosteron), ovarium (estrogen dan progesterone), dan korteks suprarenal bersikulasi dalam plasma dan terikat pada transport protein kira-kira 60-100 menit.

3. Turunan asam amino tirosin
Yang disekresikan oleh kelenjar tiroid (tiroksid dan triodotironin) dan medulla adrenal (epinefrin  dan notepinefrin). Derivat asam amino dikeluarkan oleh sel kelenjar buntu yang berasal dari jaringan nervus medulla suprarendis dan neurokipofisis.2


2.9 PENGENDALIAN ENDOKRIN
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat.
Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon.
Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya jika mereka merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang mereka kontrol terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk merangsang aktivitas di kelenjar target. Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan mereka berhenti melepaskan hormon.
Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada dibawah kendali hipofisa.
Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa memiliki fungsi yang memiliki jadwal tertentu. Misalnya, suatu siklus menstruasi wanita melibatkan peningkatan sekresi LH dan FSH oleh kelenjar hipofisa setiap bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada indung telur juga kadarnya mengalami turun-naik setiap bulannya.
Mekanisme pasti dari pengendalian oleh hipotalamus dan hipofisa terhadapbioritmik ini masih belum dapat dimengerti. Tetapi jelas terlihat bahwa organ memberikan respon terhadap semacam jam biologis.
Faktor-faktor lainnya juga merangsang pembentukan hormon.
Prolaktin (hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisa) menyebabkan kelenjar susu di payudara menghasilkan susu. Isapan bayi pada puting susu merangsang hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak prolaktin. Isapan bayi juga meningkatkan pelepasan oksitosin yang menyebabkan mengkerutnya saluran susu sehingga susu bisa dialirkan ke mulut bayi.
Kelenjar semacam pulau pakreas dan kelenjar paratiroid, tidak berada dibawah kendali hipofisa. Mereka memiliki sistem sendiri untuk merasakan apakah tubuh memerlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon.
Misalnya kadar insulin meningkat segera setelah makan karena tubuh harus mengolah gula dari makanan. Jika kadar insulin terlalu tinggi, kadar gula darah akan turun sampai sangat rendah.
Kadar hormon lainnya bervariasi berdasarkan alasan yang kurang jelas. Kadar kortikosteroid dan hormon pertumbuhan tertinggi ditemukan pada pagi hari dan terendah pada senja hari. Alasan terjadinya hal ini belum sepenuhnya dimengerti.4

PERAN HIPOTALAMUS & HIPOFISE
Aktivitas endokrin dikontrol secara langsung dan tak langsung oleh hipotalamus, yang menghubungkan sistem persarafan dengan sistem endokrin. Dalam berespons terhadap input dari area lain dalam otak dan dari hormon dalam dalam darah, neuron dalam hipotalamus mensekresi beberapa hormon realising dan inhibiting.
Hipotalamus sebagai bagian dari sistem endokrin mengontrol sintesa dan sekresi hormon-hormon hipofise. Hipofise anterior dikontrol oleh kerja hormonal sedang bagian posterior dikontrol melalui kerja saraf. Hormon yang disekresi dari setiap kelenjar endokrin dan kerja dari masing-masing hormon. Setiap hormon yang mempengaruhi organ dan jaringan terletak jauh dari tempat kelenjar induknya. Misalnya oksitosin, yang dilepaskan dari lobus posterior kelenjar hipofise, menyebabkan kontraksi uterus.
     Hormon hipofise yang mengatur sekresi hormon dari kelenjar lain disebut hormon tropik. Kelenjar yang dipengaruhi oleh hormon disebut kelenjar target.5


SITEM UMPAN BALIK
     Kadar hormon dalam darah juga dikontrol oleh umpan balik negatif manakala kadar hormon telah mencukupi untuk menghasilkan efek yang dimaksudkan, kenaikan kadar hormon lebih jauh dicegah oleh umpan balik negatif.
     Peningkatan kadar hormon mengurangi perubahan awal yang memicu pelepasan hormon. Misalnya pengsekresi ACTH dari kelenjar pituitari anterior merangsang pelepasan kortisol dari korteks adrenal, menyebabkan penurunan pelepasan ACTH lebih banyak.

AKTIVASI SEL-SEL TARGET
Ketika hormon melekat pada sel, kerja sel akan mengalami sedikit perubahan. Misalnya, ketika hormon pankreatik glukagon berikatan dengan sel-sel hepar, kenaikan kadar AMP meningkatkan pemecahan glikogen menjadi glukosa. Jika hormon mengaktifkan sel dengan berinteraksi dengan gen, gen akan mensitesa mesenger RNA (mRNA) dan pada akhirnya protein (misalnya enzim, steroid). Substansi ini mempengaruhi reaksi dan proses selular.5






















BAB III
PENUTUP


Kesimpulan:

Kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah:
    Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh.
Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel, lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak mengandung pembuluh kapiler.
    Sistem endokrin mempunyai beberapa fungsi yang berhubungan dengan homeostasis dan reproduksi. Sistem endokrin dan sistem saraf berfungsi sama-sama untuk mempertahankan fungsi tubuh.
    Sistem endokrin diklasifikasikan Sistem Endokrin terdiri dari beberapa kelenjar, yaitu : pineal, hypothalamus, pituitary, thyroid, paratiroid, thymus, adrenal, pankreas, ovary dan testis.
    Pengendalian endokrin berhubungan dengan hipotalamus dan hipofise. Jika terjadi kelebihan dan kekurangan hormon akan menyebabkan kelainan, contohnya : penyakit kretinisme atau gigantisme.

Purin & Purimidin

1. Struktur senyawa purin dan pirimidin
Senyawa purin

Sentawa pirimidin

2. Pengertian dan contoh reaksi tautomerisasi
Tautomer adalah senyawa-senyawa organik yang dapat melakukan reaksi antarubahan yang disebut tautomerisasi. Seperti yang umumnya dijumpai, reaksi ini dihasilkan oleh perpindahan atom hidrogen atau proton yang diikuti dengan pergantian ikatan tunggal dengan ikatan ganda di sebelahnya. Dalam larutan di mana tautomerisasi dapat terjadi, kesetimbangan kimia tautomer dapat dicapat. Rasio tautomer ini tergantung pada beberapa faktor, meliputi temperatur, pelarut, dan pH. Konsep tatomer yang dapat melakukan antarubahan dengan tautomerisasi disebut tautomerisme. Tautomerisme adalah kasus khusus dari isomersime struktur dan memainkan peran yang penting dalam pemasangan basa dalam molekul DNA dan RNA.
Contoh senyawa tautomerisasi :


Tautomerisasi dikatalisasi oleh:
Basa (1. deprotonasi; 2. pemebntukan anion yang terdelokalisasi (misalnya enolat); 3. protonasi pada posisi yeng berbeda pada anion).
asam (1. protonasi; 2. pembentukan kation yang terdelokalisasi; 3. deprotonasi pada sebelah posisi yang berbeda pada kation).
3. Pasangan tautomer yang umum adalah:
keton - enol, misalnya aseton (lihat: tautomerisme keto-enol).
amida - asam imidat, misalnya selama reaksi hidrolisis nitril.
laktam - laktim, sebuah tautomerisme amida-asam imidat pada cincin heterosiklik, misalnya pada nukleobasa guanina, timina, dan sitosina..
enamina - imina
enamina - enamina, misalnya selama reaksi enzim yang dikatalisasi oleh piridoksalfosfate.
Tautomerisme prototropik merujuk pada relokasi sebuah proton, seperti pada contoh di atas, dan dapat dianggap sebagai subbagian dari perilaku asam-basa. Tautomer prototropik adalah sekelompok keadaan protonasi isomerik dengan rumus empiris dan muatan total yang sama.
Tautomerisme annular adalah sejenis tautomerisme prototropik di mana sebuah proton dapat menduduki dua atau lebih posisi dalam sebuah sistem heterosiklik. Sebagai contoh, 1H- dan 3H- imidazola; 1H-, 2H-, dan 4H- 1,2,4-triazola; 1H- dan 2-H isoindola.
Tautomerisme rantai-cincin terjadi ketika perpindahan proton diikuti oleh perubahan struktur terbuka menjadi cincin, seperti pada bentuk aldehida dan piran glukosa.
Tautomerisme valensi adalah sejenis tautomerisme prototropik yang melibatkan proses reorganisasi ikatan elektron yang cepat. Contoh dari jenis tautomerisme ini dapat ditemukan pada bulvalena. Contoh lainnya adalah bentuk terbuka dan tertutup dari azida - tetrazola. Tautomerisme valensi memerlukan perubahan geometri molekul dan hal ini berbeda dengan struktur resonansi ataupun mesomer.

BIOKIMIA DNA

BAB I
PENDAHULUAN

DNA pertama kali berhasil dimurnikan pada tahun 1868 oleh ilmuwan Swiss Friedrich Miescher di Tubingen, Jerman, yang menamainya nuclein berdasarkan lokasinya di dalam inti sel. Namun demikian, penelitian terhadap peranan DNA di dalam sel baru dimulai pada awal abad 20, bersamaan dengan ditemukannya postulat genetika Mendel. DNA dan protein dianggap dua molekul yang paling memungkinkan sebagai pembawa sifat genetis berdasarkan teori tersebut.
Dua eksperimen pada dekade 40-an membuktikan fungsi DNA sebagai materi genetik. Dalam penelitian oleh Avery dan rekan-rekannya, ekstrak dari sel bakteri yang satu gagal men-transform sel bakteri lainnya kecuali jika DNA dalam ekstrak dibiarkan utuh. Eksperimen yang dilakukan Hershey dan Chase membuktikan hal yang sama dengan menggunakan pencari jejak radioaktif (bahasa Inggris: radioactive tracers).
Misteri yang belum terpecahkan ketika itu adalah: bagaimanakah struktur DNA sehingga ia mampu bertugas sebagai materi genetik? Persoalan ini dijawab oleh Francis Crick dan koleganya James Watson berdasarkan hasil difraksi sinar X pada DNA oleh Maurice Wilkins dan Rosalind Franklin.
Pada tahun 1953, James Watson dan Francis Crick mendefinisikan DNA sebagai polimer yang terdiri dari 4 basa dari asam nukleat, dua dari kelompok purina:adenina dan guanina; dan dua lainnya dari kelompok pirimidina:sitosina dan timina. Keempat nukleobasa tersebut terhubung dengan glukosa fosfat.
Maurice Wilkins dan Rosalind Franklin menemukan bahwa molekul DNA berbentuk heliks yang berputar setiap 3,4 nm, sedangkan jarak antar molekul nukleobasa adalah 0,34 nm, hingga dapat ditentukan bahwa terdapat 10 molekul nukleobasa pada setiap putaran DNA. Setelah diketahui bahwa diameter heliks DNA sekitar 2 nm, baru diketahui bahwa DNA terdiri bukan dari 1 rantai, melainkan 2 rantai heliks.
Crick, Watson, dan Wilkins mendapatkan hadiah Nobel Kedokteran pada 1962 atas penemuan ini. Franklin, karena sudah wafat pada waktu itu, tidak dapat dianugerahi hadiah ini.
Konfirmasi akhir mekanisme replikasi DNA dilakukan lewat percobaan Meselson-Stahl yang dilakukan tahun 1958.



BAB II
ASAM DEOKSIRIBONUKLEAT






Struktur molekul DNA. Atom karbon berwarna hitam, oksigen merah, nitrogen biru, fosfor hijau, dan hidrogen putih.
Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan DNA (bahasa Inggris: deoxyribonucleic acid), adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun berat kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam inti sel.
Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetik; artinya, DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ini berlaku umum bagi setiap organisme. Di antara perkecualian yang menonjol adalah beberapa jenis virus (dan virus tidak termasuk organisme) seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus.




2.1 Karakteristik kimia


Struktur untai komplementer DNA menunjukkan pasangan basa (adenina dengan timina dan guanina dengan sitosina) yang membentuk DNA beruntai ganda.
DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama,
gugus fosfat
gula deoksiribosa
basa nitrogen, yang terdiri dari:[1]
Adenina (A)
Guanina (G)
Sitosina (C)
Timina (T)
Sebuah unit monomer DNA yang terdiri dari ketiga komponen tersebut dinamakan nukleotida, sehingga DNA tergolong sebagai polinukleotida.
Rantai DNA memiliki lebar 22-24 Ã…, sementara panjang satu unit nukleotida 3,3 Ã…[2]. Walaupun unit monomer ini sangatlah kecil, DNA dapat memiliki jutaan nukleotida yang terangkai seperti rantai. Misalnya, kromosom terbesar pada manusia terdiri atas 220 juta nukleotida[3].
Rangka utama untai DNA terdiri dari gugus fosfat dan gula yang berselang-seling. Gula pada DNA adalah gula pentosa (berkarbon lima), yaitu 2-deoksiribosa. Dua gugus gula terhubung dengan fosfat melalui ikatan fosfodiester antara atom karbon ketiga pada cincin satu gula dan atom karbon kelima pada gula lainnya. Salah satu perbedaan utama DNA dan RNA adalah gula penyusunnya; gula RNA adalah ribosa.
DNA terdiri atas dua untai yang berpilin membentuk struktur heliks ganda. Pada struktur heliks ganda, orientasi rantai nukleotida pada satu untai berlawanan dengan orientasi nukleotida untai lainnya. Hal ini disebut sebagai antiparalel. Masing-masing untai terdiri dari rangka utama, sebagai struktur utama, dan basa nitrogen, yang berinteraksi dengan untai DNA satunya pada heliks. Kedua untai pada heliks ganda DNA disatukan oleh ikatan hidrogen antara basa-basa yang terdapat pada kedua untai tersebut. Empat basa yang ditemukan pada DNA adalah adenina (dilambangkan A), sitosina (C, dari cytosine), guanina (G), dan timina (T). Adenina berikatan hidrogen dengan timina, sedangkan guanina berikatan dengan sitosina. Segmen polipeptida dari DNA disebut gen, biasanya merupakan molekul RNA.


















BAB III
REPLIKASI DNA


Pada replikasi DNA, rantai DNA baru dibentuk berdasarkan urutan nukleotida pada DNA yang digandakan.
Replikasi merupakan proses pelipatgandaan DNA. Proses replikasi ini diperlukan ketika sel akan membelah diri. Pada setiap sel, kecuali sel gamet, pembelahan diri harus disertai dengan replikasi DNA supaya semua sel turunan memiliki informasi genetik yang sama. Pada dasarnya, proses replikasi memanfaatkan fakta bahwa DNA terdiri dari dua rantai dan rantai yang satu merupakan "konjugat" dari rantai pasangannya. Dengan kata lain, dengan mengetahui susunan satu rantai, maka susunan rantai pasangan dapat dengan mudah dibentuk. Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan bagaimana proses replikasi DNA ini terjadi. Salah satu teori yang paling populer menyatakan bahwa pada masing-masing DNA baru yang diperoleh pada akhir proses replikasi; satu rantai tunggal merupakan rantai DNA dari rantai DNA sebelumnya, sedangkan rantai pasangannya merupakan rantai yang baru disintesis. Rantai tunggal yang diperoleh dari DNA sebelumnya tersebut bertindak sebagai "cetakan" untuk membuat rantai pasangannya.
Proses replikasi memerlukan protein atau enzim pembantu; salah satu yang terpenting dikenal dengan nama DNA polimerase, yang merupakan enzim pembantu pembentukan rantai DNA baru yang merupakan suatu polimer. Proses replikasi diawali dengan pembukaan untaian ganda DNA pada titik-titik tertentu di sepanjang rantai DNA. Proses pembukaan rantai DNA ini dibantu oleh enzim helikase yang dapat mengenali titik-titik tersebut, dan enzim girase yang mampu membuka pilinan rantai DNA. Setelah cukup ruang terbentuk akibat pembukaan untaian ganda ini, DNA polimerase masuk dan mengikat diri pada kedua rantai DNA yang sudah terbuka secara lokal tersebut. Proses pembukaan rantai ganda tersebut berlangsung disertai dengan pergeseran DNA polimerase mengikuti arah membukanya rantai ganda. Monomer DNA ditambahkan di kedua sisi rantai yang membuka setiap kali DNA polimerase bergeser. Hal ini berlanjut sampai seluruh rantai telah benar-benar terpisah.
Proses replikasi DNA ini merupakan proses yang rumit namun teliti. Proses sintesis rantai DNA baru memiliki suatu mekanisme yang mencegah terjadinya kesalahan pemasukan monomer yang dapat berakibat fatal. Karena mekanisme inilah kemungkinan terjadinya kesalahan sintesis amatlah kecil.
Replikasi DNA yang terjadi, disebut replikasi semikonservatif, karena masing-masing dari kedua rantai DNA induk bertindak sebagai cetakan/templat untuk pembuatan dua rantai DNA dengan untai ganda yang baru.
Replikasi DNA adalah proses penggandaan rantai ganda DNA. Pada sel, replikasi DNA terjadi sebelum pembelahan sel. Prokariota terus-menerus melakukan replikasi DNA. Pada eukariota, waktu terjadinya replikasi DNA sangatlah diatur, yaitu pada fase S siklus sel, sebelum mitosis atau meiosis I. Penggandaan tersebut memanfaatkan enzim DNA polimerase yang membantu pembentukan ikatan antara nukleotida-nukleotida penyusun polimer DNA. Proses replikasi DNA dapat pula dilakukan in vitro dalam proses yang disebut reaksi berantai polimerase (PCR).
3.1 Garpu replikasi
Garpu replikasi atau cabang replikasi (replication fork) ialah struktur yang terbentuk ketika DNA bereplikasi. Garpu replikasi ini dibentuk akibat enzim helikase yang memutus ikatan-ikatan hidrogen yang menyatukan kedua untaian DNA, membuat terbukanya untaian ganda tersebut menjadi dua cabang yang masing-masing terdiri dari sebuah untaian tunggal DNA. Masing-masing cabang tersebut menjadi "cetakan" untuk pembentukan dua untaian DNA baru berdasarkan urutan nukleotida komplementernya. DNA polimerase membentuk untaian DNA baru dengan memperpanjang oligonukleotida yang dibentuk oleh enzim primase dan disebut primer.
DNA polimerase membentuk untaian DNA baru dengan menambahkan nukleotida—dalam hal ini, deoksiribonukleotida—ke ujung 3'-hidroksil bebas nukleotida rantai DNA yang sedang tumbuh. Dengan kata lain, rantai DNA baru disintesis dari arah 5'→3', sedangkan DNA polimerase bergerak pada DNA "induk" dengan arah 3'→5'. Namun demikian, salah satu untaian DNA induk pada garpu replikasi berorientasi 3'→5', sementara untaian lainnya berorientasi 5'→3', dan helikase bergerak membuka untaian rangkap DNA dengan arah 5'→3'. Oleh karena itu, replikasi harus berlangsung pada kedua arah berlawanan tersebut.


Replikasi DNA. Mula-mula, heliks ganda DNA (merah) dibuka menjadi dua untai tunggal oleh enzim helikase (9) dengan bantuan topoisomerase (11) yang mengurangi tegangan untai DNA. Untaian DNA tunggal dilekati oleh protein-protein pengikat untaian tunggal (10) untuk mencegahnya membentuk heliks ganda kembali. Primase (6) membentuk oligonukleotida RNA yang disebut primer (5) dan molekul DNA polimerase (3 & 8) melekat pada seuntai tunggal DNA dan bergerak sepanjang untai tersebut memperpanjang primer, membentuk untaian tunggal DNA baru yang disebut leading strand (2) dan lagging strand (1). DNA polimerase yang membentuk lagging strand harus mensintesis segmen-segmen polinukleotida diskontinu (disebut fragmen Okazaki (7)). Enzim DNA ligase (4) kemudian menyambungkan potongan-potongan lagging strand tersebut.
3.1.1 Pembentukan leading strand
Pada replikasi DNA, untaian pengawal (leading strand) ialah untaian DNA yang disintesis dengan arah 5'→3' secara berkesinambungan. Pada untaian ini, DNA polimerase mampu membentuk DNA menggunakan ujung 3'-OH bebas dari sebuah primer RNA dan sintesis DNA berlangsung secara berkesinambungan, searah dengan arah pergerakan garpu replikasi.
3.1.2 Pembentukan lagging strand
Lagging strand ialah untaian DNA yang terletak pada sisi yang berseberangan dengan leading strand pada garpu replikasi. Untaian ini disintesis dalam segmen-segmen yang disebut fragmen Okazaki. Pada untaian ini, primase membentuk primer RNA. DNA polimerase dengan demikian dapat menggunakan gugus OH 3' bebas pada primer RNA tersebut untuk mensintesis DNA dengan arah 5'→3'. Fragmen primer RNA tersebut lalu disingkirkan (misalnya dengan RNase H dan DNA Polimerase I) dan deoksiribonukleotida baru ditambahkan untuk mengisi celah yang tadinya ditempati oleh RNA. DNA ligase lalu menyambungkan fragmen-fragmen Okazaki tersebut sehingga sintesis lagging strand menjadi lengkap.
3.1.3 Dinamika pada garpu replikasi
Bukti-bukti yang ditemukan belakangan ini menunjukkan bahwa enzim dan protein yang terlibat dalam replikasi DNA tetap berada pada garpu replikasi sementara DNA membentuk gelung untuk mempertahankan pembentukan DNA ke dua arah. Hal ini merupakan akibat dari interaksi antara DNA polimerase, sliding clamp, dan clamp loader.
Sliding clamp pada semua jenis makhluk hidup memiliki struktur serupa dan mampu berinteraksi dengan berbagai DNA polimerase prosesif maupun non-prosesif yang ditemukan di sel. Selain itu, sliding clamp berfungsi sebagai suatu faktor prosesivitas. Ujung-C sliding clamp membentuk gelungan yang mampu berinteraksi dengan protein-protein lain yang terlibat dalam replikasi DNA (seperti DNA polimerase dan clamp loader). Bagian dalam sliding clamp memungkinkan DNA bergerak melaluinya. Sliding clamp tidak membentuk interaksi spesifik dengan DNA. Terdapat lubang 35A besar di tengah clamp ini. Lubang tersebut berukuran sesuai untuk dilalui DNA dan air menempati tempat sisanya sehingga clamp dapat bergeser pada sepanjang DNA. Begitu polimerase mencapai ujung templat atau mendeteksi DNA berutas ganda (lihat di bawah), sliding clamp mengalami perubahan konformasi yang melepaskan DNA polimerase.
Clamp loader merupakan protein bersubunit banyak yang mampu menempel pada sliding clamp dan DNA polimerase. Dengan hidrolisis ATP, clamp loader terlepas dari sliding clamp sehingga DNA polimerase menempel pada sliding clamp. Sliding clamp hanya dapat berikatan pada polimerase selama terjadinya sintesis utas tunggal DNA. Jika DNA rantai tunggal sudah habis, polimerase mampu berikatan dengan subunit pada clamp loader dan bergerak ke posisi baru pada lagging strand. Pada leading strand, DNA polimerase III bergabung dengan clamp loader dan berikatan dengan sliding clamp.
3.2 Replikasi di prokariota dan eukariota
3.2.1  Replikasi DNA prokariota
Replikasi DNA kromosom prokariota, khususnya bakteri, sangat berkaitan dengan siklus pertumbuhannya. Daerah ori pada E. coli, misalnya, berisi empat buah tempat pengikatan protein inisiator DnaA, yang masing-masing panjangnya 9 pb. Sintesis protein DnaA ini sejalan dengan laju pertumbuhan bakteri sehingga inisiasi replikasi juga sejalan dengan laju pertumbuhan bakteri. Pada laju pertumbuhan sel yang sangat tinggi; DNA kromosom prokariota dapat mengalami reinisiasi replikasi pada dua ori yang baru terbentuk sebelum putaran replikasi yang pertama berakhir. Akibatnya, sel-sel hasil pembelahan akan menerima kromosom yang sebagian telah bereplikasi.
Protein DnaA membentuk struktur kompleks yang terdiri atas 30 hingga 40 buah molekul, yang masing-masing akan terikat pada molekul ATP. Daerah ori akan mengelilingi kompleks DnaA-ATP tersebut. Proses ini memerlukan kondisi superkoiling negatif DNA (pilinan kedua untai DNA berbalik arah sehingga terbuka). Superkoiling negatif akan menyebabkan pembukaan tiga sekuens repetitif sepanjang 13 pb yang kaya dengan AT sehingga memungkinkan terjadinya pengikatan protein DnaB, yang merupakan enzim helikase, yaitu enzim yang akan menggunakan energi ATP hasil hidrolisis untuk bergerak di sepanjang kedua untai DNA dan memisahkannya.
Untai DNA tunggal hasil pemisahan oleh helikase selanjutnya diselubungi oleh protein pengikat untai tunggal atau single-stranded binding protein (Ssb) untuk melindungi DNA untai tunggal dari kerusakan fisik dan mencegah renaturasi. Enzim DNA primase kemudian akan menempel pada DNA dan menyintesis RNA primer yang pendek untuk memulai atau menginisiasi sintesis pada untai pengarah. Agar replikasi dapat terus berjalan menjauhi ori, diperlukan enzim helikase selain DnaB. Hal ini karena pembukaan heliks akan diikuti oleh pembentukan putaran baru berupa superkoiling positif. Superkoiling negatif yang terjadi secara alami ternyata tidak cukup untuk mengimbanginya sehingga diperlukan enzim lain, yaitu topoisomerase tipe II yang disebut dengan DNA girase. Enzim DNA girase ini merupakan target serangan antibiotik sehingga pemberian antibiotik dapat mencegah berlanjutnya replikasi DNA bakteri.
Seperti telah dijelaskan di atas, replikasi DNA terjadi baik pada untai pengarah maupun pada untai tertinggal. Pada untai tertinggal suatu kompleks yang disebut primosom akan menyintesis sejumlah RNA primer dengan interval 1.000 hingga 2.000 basa. Primosom terdiri atas helikase DnaB dan DNA primase.
Primer baik pada untai pengarah maupun pada untai tertinggal akan mengalami elongasi dengan bantuan holoenzim DNA polimerase III. Kompleks multisubunit ini merupakan dimer, separuh akan bekerja pada untai pengarah dan separuh lainnya bekerja pada untai tertinggal. Dengan demikian, sintesis pada kedua untai akan berjalan dengan kecepatan yang sama.
Masing-masing bagian dimer pada kedua untai tersebut terdiri atas subunit a, yang mempunyai fungsi polimerase sesungguhnya, dan subunit e, yang mempunyai fungsi penyuntingan berupa eksonuklease 3’– 5’. Selain itu, terdapat subunit b yang menempelkan polimerase pada DNA.
Begitu primer pada untai tertinggal dielongasi oleh DNA polimerase III, mereka akan segera dibuang dan celah yang ditimbulkan oleh hilangnya primer tersebut diisi oleh DNA polimerase I, yang mempunyai aktivitas polimerase 5’ – 3’, eksonuklease 5’ – 3’, dan eksonuklease penyuntingan 3’ – 5’. Eksonuklease 5’ - 3’ membuang primer, sedangkan polimerase akan mengisi celah yang ditimbulkan. Akhirnya, fragmen-fragmen Okazaki akan dipersatukan oleh enzim DNA ligase. Secara in vivo, dimer holoenzim DNA polimerase III dan primosom diyakini membentuk kompleks berukuran besar yang disebut dengan replisom. Dengan adanya replisom sintesis DNA akan berlangsung dengan kecepatan 900 pb tiap detik.
Kedua garpu replikasi akan bertemu kira-kira pada posisi 180 °C dari ori. Di sekitar daerah ini terdapat sejumlah terminator yang akan menghentikan gerakan garpu replikasi. Terminator tersebut antara lain berupa produk gen tus, suatu inhibitor bagi helikase DnaB. Ketika replikasi selesai, kedua lingkaran hasil replikasi masih menyatu. Pemisahan dilakukan oleh enzim topoisomerase IV. Masing-masing lingkaran hasil replikasi kemudian disegregasikan ke dalam kedua sel hasil pembelahan.
3.2.2  Replikasi DNA eukariota
Pada eukariota, replikasi DNA hanya terjadi pada fase S di dalam interfase. Untuk memasuki fase S diperlukan regulasi oleh sistem protein kompleks yang disebut siklin dan kinase tergantung siklin atau cyclin-dependent protein kinases (CDKs), yang berturut-turut akan diaktivasi oleh sinyal pertumbuhan yang mencapai permukaan sel. Beberapa CDKs akan melakukan fosforilasi dan mengaktifkan protein-protein yang diperlukan untuk inisiasi pada masing-masing ori.
Berhubung dengan kompleksitas struktur kromatin, garpu replikasi pada eukariota bergerak hanya dengan kecepatan 50 pb tiap detik. Sebelum melakukan penyalinan, DNA harus dilepaskan dari nukleosom pada garpu replikasi sehingga gerakan garpu replikasi akan diperlambat menjadi sekitar 50 pb tiap detik. Dengan kecepatan seperti ini diperlukan waktu sekitar 30 hari untuk menyalin molekul DNA kromosom pada kebanyakan mamalia.
Sederetan sekuens tandem yang terdiri atas 20 hingga 50 replikon mengalami inisiasi secara serempak pada waktu tertentu selama fase S. Deretan yang mengalami inisasi paling awal adalah eukromatin, sedangkan deretan yang agak lambat adalah heterokromatin. Daerah sentromer dan telomer dari DNA bereplikasi paling lambat. Pola semacam ini mencerminkan aksesibilitas struktur kromatin yang berbeda-beda terhadap faktor inisiasi.
Seperti halnya pada prokariota, satu atau beberapa DNA helikase dan Ssb yang disebut dengan protein replikasi A atau replication protein A (RP-A) diperlukan untuk memisahkan kedua untai DNA. Selanjutnya, tiga DNA polimerase yang berbeda terlibat dalam elongasi. Untai pengarah dan masing-masing fragmen untai tertinggal diinisiasi oleh RNA primer dengan bantuan aktivitas primase yang merupakan bagian integral enzim DNA polimerase a. Enzim ini akan meneruskan elongasi replikasi tetapi kemudian segera digantikan oleh DNA polimerase d pada untai pengarah dan DNA polimerase e pada untai tertinggal. Baik DNA polimerase d maupun e mempunyai fungsi penyuntingan. Kemampuan DNA polimerase d untuk menyintesis DNA yang panjang disebabkan oleh adanya antigen perbanyakan nuklear sel atau proliferating cell nuclear antigen (PCNA), yang fungsinya setara dengan subunit b holoenzim DNA polimerase III pada E. coli. Selain terjadi penggandaan DNA, kandungan histon di dalam sel juga mengalami penggandaan selama fase S.
Mesin replikasi yang terdiri atas semua enzim dan DNA yang berkaitan dengan garpu replikasi akan diimobilisasi di dalam matriks nuklear. Mesin-mesin tersebut dapat divisualisasikan menggunakan mikroskop dengan melabeli DNA yang sedang bereplikasi. Pelabelan dilakukan menggunakan analog timidin, yaitu bromodeoksiuridin (BUdR), dan visualisasi DNA yang dilabeli tersebut dilakukan dengan imunofloresensi menggunakan antibodi yang mengenali BUdR.
Ujung kromosom linier tidak dapat direplikasi sepenuhnya karena tidak ada DNA yang dapat menggantikan RNA primer yang dibuang dari ujung 5’ untai tertinggal. Dengan demikian, informasi genetik dapat hilang dari DNA. Untuk mengatasi hal ini, ujung kromosom eukariota (telomer) mengandung beratus-ratus sekuens repetitif sederhana yang tidak berisi informasi genetik dengan ujung 3’ melampaui ujung 5’. Enzim telomerase mengandung molekul RNA pendek, yang sebagian sekuensnya komplementer dengan sekuens repetitif tersebut. RNA ini akan bertindak sebagai cetakan (templat) bagi penambahan sekuens repetitif pada ujung 3’.
Hal yang menarik adalah bahwa aktivitas telomerase mengalami penekanan di dalam sel-sel somatis pada organisme multiseluler, yang lambat laun akan menyebabkan pemendekan kromosom pada tiap generasi sel. Ketika pemendekan mencapai DNA yang membawa informasi genetik, sel-sel akan menjadi layu dan mati. Fenomena ini diduga sangat penting di dalam proses penuaan sel. Selain itu, kemampuan penggandaan yang tidak terkendali pada kebanyakan sel kanker juga berkaitan dengan reaktivasi enzim telomerase.
BAB IV
Penggunaan DNA dalam teknologi

4.1 DNA dalam forensik
Ilmuwan forensik dapat menggunakan DNA yang terletak dalam darah, sperma, kulit, liur atau rambut yang tersisa di tempat kejadian kejahatan untuk mengidentifikasi kemungkinan tersangka, sebuah proses yang disebut fingerprinting genetika atau pemrofilan DNA (DNA profiling). Dalam pemrofilan DNA panjang relatif dari bagian DNA yang berulang seperti short tandem repeats dan minisatelit, dibandingkan. Pemrofilan DNA dikembangkan pada 1984 oleh genetikawan Inggris Alec Jeffreys dari Universitas Leicester, dan pertama kali digunakan untuk mendakwa Colin Pitchfork pada 1988 dalam kasus pembunuhan Enderby di Leicestershire, Inggris. Banyak yurisdiksi membutuhkan terdakwa dari kejahatan tertentu untuk menyediakan sebuah contoh DNA untuk dimasukkan ke dalam database komputer. Hal ini telah membantu investigator menyelesaikan kasus lama di mana pelanggar tidak diketahui dan hanya contoh DNA yang diperoleh dari tempat kejadian (terutama dalam kasus perkosaan antar orang tak dikenal). Metode ini adalah salah satu teknik paling tepercaya untuk mengidentifikasi seorang pelaku kejahatan, tetapi tidak selalu sempurna, misalnya bila tidak ada DNA yang dapat diperoleh, atau bila tempat kejadian terkontaminasi oleh DNA dari banyak orang.
4.2 DNA dalam komputasi
DNA memainkan peran penting dalam ilmu komputer, baik sebagai masalah riset dan sebagai sebuah cara komputasi.
Riset dalam algoritma pencarian string, yang menemukan kejadian dari urutan huruf di dalam urutan huruf yang lebih besar, dimotivasi sebagian oleh riset DNA, dimana algoritma ini digunakan untuk mencari urutan tertentu dari nukleotida dalam sebuah urutan yang besar. Dalam aplikasi lainnya seperti editor text, bahkan algoritma sederhana untuk masalah ini biasanya mencukupi, tetapi urutan DNA menyebabkan algoritma-algoritma ini untuk menunjukkan sifat kasus-mendekati-terburuk dikarenakan jumlah kecil dari karakter yang berbeda.
Teori database juga telah dipengaruhi oleh riset DNA, yang memiliki masalah khusus untuk menaruh dan memanipulasi urutan DNA. Database yang dikhususkan untuk riset DNA disebut database genomik, dam harus menangani sejumlah tantangan teknis yang unik yang dihubungkan dengan operasi pembandingan kira-kira, pembandingan urutan, mencari pola yang berulang, dan pencarian homologi.

DAFTAR PUSTAKA

biomol.wordpress.com/bahan-ajar/replikasi/
id.wikipedia.org/wiki/Replikasi_DNA
: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/genetics/2077848-proses-replikasi-dna/#ixzz1LxFK8lgp

www.ilmuku.com/file.php/1/Simulasi/mp.../materi3.html

www.scribd.com/doc/23427509/Replikasi-DNA

untuk veris documen klik disini

Jumat, 25 November 2011

PEMANTAPAN MUTU LABORATORIUM KESEHATAN

A. Pendahuluan
Laboratorium Kesehatan (Labkes) adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari untuk penentuan jenis penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat.
Sebagai bagian yang integral dari pelayanan kesehatan, pelayanan laboratorium sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan berbagai program dan upaya kesehatan, dan dimanfaatkan untuk keperluan penegakan diagnosis, pemberian pengobatan dan evaluasi hasil pengobatan serta pengambilan keputusan lainnya.

B. Pemantapan Mutu
Mutu pelayanan di laboratorium berkaitan dengan data hasil uji analisa laboratorium. Laboratorium dikatakan bermutu tinggi apabila data hasil uji laboratorium tersebut dapat memuaskan pelanggan dengan memperhatikan aspek-aspek teknis seperti precision and accuracy atau ketepatan dan ketelitian yang tinggi dapat dicapai dan data tersebut harus terdokumentasi dengan baik sehingga dapat dipertahankan secara ilmiah.
Untuk mencapai mutu hasil laboratorium yang memiliki ketepatan dan ketelitian tinggi maka seluruh metode dan prosedur operasional laboratorium harus terpadu mulai dari perencanaan, pengambilan contoh uji, penanganan, pengujian sampai pemberian laporan hasil uji laboratorium ke pelanggan. Mutu suatu produk atau jasa bukan hanya penting bagi pemakai namun juga bagi pemasok. Pada pelayanan jasa laboratorium kesehatan rendahnya mutu hasil pemeriksaan pada akhirnya akan menimbulkan penambahan biaya untuk kegiatan pengerjaan ulang dan klaim dari jasa pelanggan. Untuk menanggulangi biaya kompensasi yang berasal dari rendahnya mutu hasil pemeriksaan laboratorium tersebut diperlukan suatu usaha peningkatan mutu.
C. Mutu di Laboratorium
Mutu adalah mendapatkan hasil yang benar secara langsung setiap saat dan tepat waktu, menggunakan sumber daya yang efektif dan efisien. Ini penting dalam semua tahap proses, mulai dari penerimaan sampel hingga pelaporan hasl uji.
Pemantapan mutu merupakan suatu upaya untuk meminimalkan atau pencegahan kesalahan semaksimal mungkin mulai dari kesalahan pra analitik, analitik dan pasca analitik (Depkes, 1997)

D. Manajemen Mutu (Good Laboratory Practise)
Mutu suatu output laboratorium bergantung dari beberapa faktor. Yang paling mendasar adalah pelaksanaan dan pemeliharaan sistem Manajemen Mutu didalam suatu laboratorium. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sistem Manajemen Mutu yang terdapat dalam suatu laboratorium disebut sebagai Praktek Laboratorium yang Benar (GLP = Good Laboratory Practise).
GLP adalah ungkapan yang diberikan kepada sistem mutu laboratorium yang mencakup proses organisasi dan kondisi-kondisi laboratorium guna menjamin agar tugas-tugas analisis direncanakan, dilakukan, dimonitor, direkam, disimpan dan dilaporkan dengan benar.

E. Mempertahankan Mutu
Hal-hal yang perlu dilakukan agar mutu suatu laboratorium tetap baik dengan cara mempertahankan mutu itu agar tidak bergeser atau berubah. Untuk itu maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mengerjakan proses / prosedur sesuai standar yang telah ditentukan
2. Melaksanakan dan mengevaluasi program QC
3. Preventive maintenance dilakukan secara konsisten dan terjadwal
4. Kalibrasi alat / analyzer mengacu pada standar internasional

F. Pemantapan Mutu di Laboratorium
Pemantapan mutu laboratorium adalah segala usaha yang dituangkan dalam suatu prosedur yang dirancang untuk memantau penampilan suatu laboratorium. Adanya banyak faktor yang perlu diamati atau diawasi karena kemungkinan terjadi penyimpangan, menuntut digunakannya bermacam-macam teknik pengontrolan supaya didapat suatu sistem yang efektif.
Suatu sistem pengontrolan tidak mungkin sepenuhnya sesuai untuk seluruh laboratorium. Oleh karena itu masing-masing laboratorium harus memilih dan menetapkan sistem pengontrolan yang sesuai untuk masing-masing laboratoriumnya.
Secara umum pemantapan mutu terbagi atas, yaitu :
1. Pemantapan Mutu Internal
Suatu sistem pengontrolan yang dilaksanakan oleh laboratorium sendiri untuk memantau dan mengendalikan mutu hasil pemeriksaan setiap hari.
2. Pemantapan Mutu Eksternal
Suatu sistem pengontrolan yang dilaksanakan oleh pihak lain yang umumnya adalah pihak pengawas pemerintah atau profesi.

G. Pemantapan Mutu Internal
Pemantapan mutu internal adalah suatu sistem dalam arti luas yang mencakup tanggung jawab dalam memantapkan semua kegiatan yang berkaitan dengan pemeriksaan untuk mencegah dan mendeteksi adanya suatu kesalahan serta memperbaikinya.
Pengertian pemeriksaan laboratorium mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang dimulai sebelum proses pemeriksaan itu sendiri dilaksanakan yaitu dimulai dari tahap pra analitik yang mencakup persiapan pasien, pemberian identitas spesimen, pengambilan dan penampungan spesimen, pengolahan dan penyimpanan spesimen serta transport spesimen, hingga kegiatan pada tahap analitik dan kegiatan pada tahap pasca analitik.
Kesalahan pada pemeriksaan dapat berupa :
1. Kesalahan teknik
Sifat kesalahan disini sudah melekat, selalu ada pada setiap pemeriksaan dan seakan-akan tidak mungkin dapat dihindarkan. Usaha perbaikan jenis kesalahan ini hanya dapat memperkecil kesalahan tetapi tidak mungkin menghilangkannya sama sekali. Kesalahan teknik ini ada 2 macam yaitu :

a. Kesalahan acak (Random error)
Kesalahan jenis ini menunjukkan tingkat ketelitian (presisi) pemeriksaan. Kesalahan ini akan tampak pada pemeriksaan yang dilakukan berulang pada spesimen yang sama dan hasilnya bervariasi, kadang-kadang lebih besar, kadang-kadang lebih kecil dari nilai seharusnya.
b. Kesalahan sistematik (Systematic error)
Kesalahan jenis ini menunjukkan tingkat ketepatan (akurasi) pemeriksaan. Sifat kesalahan ini menjurus ke satu arah. Hasil pemeriksaan selalu lebih besar atau selalu lebih kecil dari nilai seharusnya.
2. Kesalahan non teknik
Kesalahan yang terjadi di luar tahap analitik pemeriksaan. Kesalahan jenis ini dijumpai pada tahap pra analitik atau pasca analitik. Kesalahan ini terbagi atas :
a. Kesalahan pengambilan sampel (sampling error)
- Persiapan pasien
- Pemberian identitas spesimen
- Pengambilan dan penampungan spesimen
- Pengolahan dan penyimpanan spesimen
- Transport spesimen
b. Kesalahan penghitungan dan penulisan (Clerical error)
Pencatatan hasil
Pada waktu bekerja di laboratorium yang harus diperhatikan adalah ketelitian (presisi) dan ketepatan (akurasi) dari suatu pemeriksaan. Ketelitian diartikan kesesuaian hasil pemeriksaan laboratorium yang diperoleh apabila pemeriksaan dilakukan berulang. Ketepatan diartikan kesesuaian hasil pemeriksaan laboratorium dengan nilai yang seharusnya.
1. Ketelitian
Suatu pemeriksaan umumnya lebih mudah dilihat ketidaktelitian (impresisi) daripada ketelitian (presisi). Impresisi dapat dinyatakan dengan besarnya SD (Standard Deviasi) atau CV (Koefisien variasi). Makin besar SD dan CV makin tidak teliti. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketelitian yaitu : alat, metode pemeriksaan, volume/kadar bahan yang diperiksa, waktu pengulangan dan tenaga pemeriksa.
2. Ketepatan
Pada suatu pemeriksaan umumnya dinyatakan ketidaktepatan (inakurasi) daripada ketepatan (akurasi). Inakurasi adalah perbedaan antara nilai yang diperoleh dengan nilai sebenarnya (true value). Ketepatan pemeriksaan terutama dipengaruhi oleh spesifisitas metode pemeriksaan dan kualitas larutan standar. Agar pemeriksaan hasilnya tepat, maka harus dipilih metode pemeriksaan yang memiliki spesifisitas analitis yang tinggi.
3. Uji Ketelitian
Hasil laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis, pemantauan pengobatan dan meramalkan prognosis, maka amatlah perlu untuk selalu menjaga mutu hasil pemeriksaan, dalam arti mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam melaksanakan uji ketelitian ini dapat digunakan bahan kontrol assayed atau unassayed. Kegiatan yang harus dilakukan adalam pengujian ini adalah :
a. Periode pendahuluan
Pada periode ini ditentukan nilai dasar yang merupakan nilai rujukan untuk pemeriksaan selanjutnya. Periode ini umumnya dilakukan baik untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi, imunoserologi maupun kimia lingkungan. Cara :
1). Periksalah bahan kontrol bersamaan dengan pemeriksaan spesimen setiap hari kerja atau pada hari parameter yang bersangkutan diperiksa sampai mencapai 25 hari kerja.
2). Catat setiap nilai yang diperoleh tiap hari kerja tersebut dalam formulir periode pendahuluan pada kolom x.
3). Setelah diperoleh 25 nilai pemeriksaan, hitung nilai rata-ratanya (mean), standar deviasi (SD). Koefisien variasi (CV), batas peringatan (mean  2 SD) dan batas kontrol (mean  3 SD).
4). Teliti kembali apakah ada nilai yang melebihi batas mean  3 SD. Bila ada, maka nilai tersebut dihilangkan. Hitung kembali nilai mean, SD, CV, mean  2 SD dan mean  3 SD.
5). Nilai mean dan S yang diperoleh ini dipakai sebagai nilai rujukan Periode kontrol.
b. Periode kontrol
Merupakan periode untuk menentukan ketelitian pemeriksaan pada hari tersebut. Prosedur pada periode kontrol ini tergantung dari bidang pemeriksaannya. Untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan kimia lingkungan cara dalah sebagai berikut :
1). Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari parameter yang bersangkutan diperiksa.
2). Catatlah nilai yang diperoleh pada formulir periode kontrol.
3). Hitung penyimpangannya terhadap nilai rujukan dalam satuan S (Standar Deviasi Index) dengan rumus :
Xi - mean
Satuan SD = ---------------
SD
4). Satuan S yang diperoleh di plot pada kertas grafik kontrol. Sumbu X dalam grafik kontrol menunjukkan hari/tanggal pemeriksaan sedangkan sumbu Y menunjukkan satuan S.
c. Evaluasi hasil
1 3S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol (out of control), apabila hasil pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas x  3 S.
2 2S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila hasil pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama yaitu x + 2 S atau x – 2 S.
R 4S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila perbedaan antara 2 hasil kontrol yang berturut-turut melebihi 4 S (satu kontrol diatas +2 S, lainnya dibawah -2 S)
4 1S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 4 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x + S maupun x – S.
10 X : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 10 kontrol berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai tengah.
Aturan ini mendeteksi gangguan ketelitian (kesalahan acak) yaitu 1 3S, R 4S atau gangguan ketepatan (kesalahan sistematik) yaitu 2 2S, 4 1S, 10 x, 1 3S.

4. Ketepatan
Pada uji ketepatan ini dipakai serum kontrol yang telah diketahui rentang nilai kontrolnya (assayed). Hasil pemeriksaan uji ketepatan ini dilihat apakah terletak di dalam atau di luar rentang nilai kontrol menurut metode pemeriksaan yang sama. Bila terletak di dalam rentang nilai kontrol, maka dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol masih tepat sehingga dapat dianggap hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga tepat. Bila terletak di luar rentang nilai kontrol, dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol tidak tepat sehingga hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga dianggap tidak tepat.

5. Aturan Wesgard Rule Systems.
Menurut Kit Human Humatrol aturan Westgard Multirule System adalah sebagai berikut :
1 – 2 S Satu kontrol diluar nilai mean +/- 2 SD (tidak melampaui +/- 3 SD), merupakan “ketentuan peringatan.”
1 – 3 S Satu kontrol diluar nilai mean +/- 3 SD, merupakan “ketentuan penolakan” yang mencerminkan adanya kesalahan acak.
2 – 2 S Dua kontrol berturut-turut diluar nilai mean +/- 2 SD, atau dua kontrol (berbeda level) berada diluar nilai mean +/- 2 SD merupakan “ketentuan penolakan” yang mencerminkan adanya kesalahan sistematik.
R – 4 S Satu kontrol diluar nilai mean + 2 SD dan satu kontrol lain diluar nilai mean – 2 SD atau dua kontrol berturut-turut + 2 SD kemudian – 2 SD, merupakan “ketentuan penolakan” yang mencerminkan kesalahan acak.
4 – 1 S Empat kontrol berturut diluar nilai mean + 1 SD atau mean – 1 SD, merupakan “ketentuan penolakan” yang mencerminkan kesalahan acak dan sistematik.

10 (x) Sepuluh kontrol berturut pada 1 sisi diatas atau dibawah nilai mean, merupakan “ketentuan penolakan” yang mencerminkan kesalahan sistematik.

H. Pemantapan Mutu Eksternal
Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan periodik yang dilaksanakan oleh pihak luar untuk dapat menilai ketepatan hasil pemeriksaan suatu laboratorium dan membandingkan dengan laboratorium lain yang mempunyai metode pemeriksaan yang sama maupun berbeda.
Pemantapan mutu eksternal merupakan suatu cara untuk memantau ketepatan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh suatu laboratorium dengan cara membandingkan terhadap hasil pemeriksaan laboratorium lain atau terhadap nilai target laboratorium rujukan.
I. Pemantapan Mutu Eksternal
Kegiatan PME yang dilakukan oleh Pusat Laboratorium Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam dua siklus pelaksanaan setiap tahunnya. Bidang yang diikuti hanya PME Hematologi dan Kimia Klinik. Parameter Hematologi yang diikuti meliputi : Hemoglobin, Leukosit dan Thrombosit. Parameter Kimia Klinik yang diikuti meliputi : Glukosa, Cholesterol, Trigliserida, Asam Urat, Ureum, Creatinine, AST, ALT, Bilirubin Total, Bilirubin Direk, Total Protein dan Albumin. Setiap selesai siklus pemeriksaan serum kontrol ketepatan dari program PME, kemudian dilakukan feed back oleh pihak penyelenggara berupa hasil pemeriksaan yang telah dilaporkan terhadap nilai target atau nilai laboratorium rujukan dengan kriteria baik, sedang dan buruk dan disertai dengan pemberian sertifikat telah mengikuti PME dari Pusat Laboratorium Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

untuk versi doc klik disini

PEMANTAPAN MUTU

I. PENDAHULUAN
Mutu di bidang laboratorium meliputi input, proses, output, dan outcome. Laboratorium dinyatakan bermutu apabila mampu menghasilkan hasil nanlisis yang memiliki nilai akurasi dan presisi yang tinggi. Proses kerja dan manajemen laboratorium dinyatakan bermutu jika mampu menciptakan suasana kerja yang baik dan sesuai dengan standar nasional ataupun internasional.
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium mempunyai arti keseluruhan proses atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketepatan dan ketelitian hasil pemeriksaan. Agar diperoleh sistem manajemen yang baik yang di latar belakangi oleh sumber daya manusia yang professional dan bertanggung jawab. Kegiatan mutu meliputi kegiatan pemantapan mutu internal dan kegiatan pemantapan mutu eksternal.

II. PEMBAHASAN
A. Pemantapan Mutu Internal
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Program pengendalian dan pemantapan mutu internal meliputi semua upaya yang dilakukan secara mandiri untuk menjamin agar mutu hasil pemeriksaan yang dikeluarkan dapat dipercaya dan diandalkan.
Upaya yang dilakukan untuk menjamin agar mutu hasil pemeriksaan dapat dipercaya antara lain:

1) Mutu reagent dan alat yang digunakan.
Upaya yang dilakukan meliputi pembuktian terhadap reagensia, pengecekan alat/instrumen dan pemeliharaan alat/instrumen secara terjadwal untuk meyakinkan bahwa reagent dan alat/instrumen digunakan memenuhi syarat.
2) Ketelitian dan ketepatan pemeriksaan.
Upaya yang dilakukan yaitu melakukan pemeriksaan terhadap bahan kontrol normal dan patologis pada setiap hari / setiap kali ada jadwal kerja pemeriksaan. Apabila analisis menemukan kesalahan-kesalahan pada saat pengerjaan bahan kontrol tersebut, maka sampel pasien tidak boleh dikerjakan sebelum analisis menemukan penyebab kesalahan dan memperbaikinya.
3) Mutu antar setiap analisa.
Jenis peralatan yang digunakan pada setiap analisa berbeda-beda, tetapi mutu hasil yang dikeluarkan adalah sama. Semua analisa menetapkan nilai bahan kontrol bersama-sama dengan pengerjaan untuk sampel pasien, kemudian melaporkan hasilnya kembali ke bagian Technical Quality Assurance (TQC) Manajemen laboratorium.
Manajemen pengendalian mutu internal meliputi 3 tahap, yaitu:
1. Tahap pra-analitik
2. Tahap analitik; dan
3. Tahap pasca-analitik
Tujuan dari tahap manajemen pengendalian mutu adalah:
- Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan.
- Mempertinggi kesiapan tenaga.
- Memastikan semua proses yang akan dilaksanakan telah dilakukan dengan benar.
- Mendeteksi kesalahan dan mengakui sumbernya.
- Membantu perbaikan pelayanan melalui peningkatan mutu pemeriksaan laboratorium.
Pengendalian mutu pra-analitik mencakup semua tahapan sebelum pemeriksaan laboratorium dilakukan, yaitu: persiapan pasien dan pengambilan atau penanganan specimen (bahan pemeriksaan).

Jenis kegiatan pemantapan mutu internal adalah:
1. Penyediaan prosedur tetap tertulis
Sebelum kegiatan dilaksanakan, persiapan pasien harus disiapkan terlebih dahulu dengan baik sesuai persyaratan pengambilan specimen.
2. Pemeliharaan dan kalibrasi peralatan sesuai dengan spesifikasinya.
Proses kalibrasi internal dapat dilakukan, jika mempunyai peralatan standar yang mempunyai tingkat accuracy yang lebih tinggi dari alat yang akan dikalibrasi dan juga harus “Calibrated”. Kalibrasi dapat dilakukan secara internal, caranya dapat dilakukan sesuai dengan buku manual alat yang akan dikalibrasi.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium adalah peralatannya. Oleh karena itu, alat perlu dipelihara dan dikalibrasi secara berkala.

Adapun peralatan laboratorium yang perlu dikalibrasi adalah:
a) Lemari es (Refrigenerator); mencatat suhu dengan menggunakan termometer
b) Oven, dengan mencatat suhu menggunakan termometer.
c) PH meter, dengan menggunakan PH simulator dan larutan buffer standar.
d) Pipet, dengan menimbang bobot dari volume yang dihasilkan pipet kemudian dikonversikan melalui perhitungan.
e) Pemanas air; dengan mencatat suhu pada refrigenerator / oven.
f) Spektrofotometer; dengan ketepatan pengukuran absorban dan ketepatan panjang gelombang.
g) Stray light (stray energi) dengan standar sodium, gelas corning vicor dan standar filter bersertifikat.
h) Timbangan analitik (analytical balance) dengan menggunakan anak timbangan standar.
i) Timbangan elektrik (electrical balance) dengan menggunakan anak timbangan standar.
j) Termometer.


3. Uji kualitas reagen yang digunakan di laboratorium
Uji kualitas ini dilakukan untuk mengecek pemeliharaan reagen yang akan digunakan apakah memenuhi syarat atau tidak.
4. Uji ketelitian pemeriksaan dan uji ketepatan pemeriksaan dilakukan berkala.
Uji ketelitian ini dengan melakukan pemeriksaan terhadap bahan kontrol normal dan patologis setiap hari/pada jadwal kerja pemeriksaan. Tujuannya, apabila analisis menemukan kesalahan pada saat pengerjaan kontrol, maka sampel pasien tidak boleh dikerjakan sebelum analisis menemukan penyebab kesalahan dan memperbaikinya.
Dalam memonitoring ketelitian dan atau ketepatan digunakan grafik kontrol charts, untuk mengevaluasi control charts mengacu pada aturan ‘WESTGARD’.

B. Pemantapan Mutu Eksternal
Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak luar untuk memantau ketepatan hasil pemeriksaan. Contohnya laboratorium yang melaksanakan pemeriksaan narkotika harus mengikuti program nasional Pemantapan Mutu Eksternal Toksiologi Obat (PNPMETO) dan PME khusus HIV yang diselenggarakan oleh pemeriksaan/organisasi profesi yang diakui oleh pemerintah.
Program pengendalian dan pemantapan mutu eksternal penyelenggaraannya hampir sama dengan program internal. Hanya dalam hal ini pihak penyelenggaraannya bukan Manajemen Lab BIS, tetapi badan / lembaga pemantapan mutu resmi yang ada dalam negeri (Nasional) dan dari luar negeri (Internasional).
Lima faktor yang mempengaruhi mutu eksternal hasil pemeriksaan menurut manajemen LAB BIS, yaitu:
1. Peralatan yang baik
2. Metode pemeriksaan yang memenuhi kriteria diagnosa dini.
3. Reagensia /bahan kimia untuk menganalisa yang bermutu.
4. Analisis yang professional dan bertanggung jawab; dan
5. Manajemen laboratorium yang berorientasi pada mutu hasil pemeriksaan
Pemilihan peralatan, metode pemeriksaan dan reagensia dilakukan oleh bagian pengembang pemeriksaan (PPM) LAB BIS melalui suatu uji evaluasi. Oleh karena itu, mutu reagensia yang digunakan sebagai bahan dasar pemeriksaan sangat berpengaruh pada mutu hasil pemeriksaan,
Untuk proses kalibrasi eksternal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni:
- Sistem manajemen mutu laboratorium kalibrasi, bisa dilihat dari perolehan sertifikat akreditasi laboratorium. Apakah laboratorium tersebut sudah terakreditasi atau belum.
- Scope dan kemampuan laboratorium kalibrasi itu sendiri, apakah mampu mengkalibrasi alat ukur yang akan dikalibrasi.
- Selanjutnya mengenai cost and delivery.

Komponen Analisis Eksternal ada 4, yaitu:
1. Scanning, yaitu usaha untuk mempelajari segmen dalam lingkungan umum. Tujuannya untuk mengidentifikasi petunjuk awal dari perubahan dan kecenderungan pihak luar.
2. Monitoring, yaitu terjadi saat analisis mengamati perubahan lingkungan untuk melihat apakah sebenarnya suatu kecenderungan sedang berkembang. Tujuannya untuk mendeteksi arti melalui observasi terus menerus atas perubahan dan kecenderungan pihak Luar.
3. forecasting, yaitu terjadi saat analisis mengembangkan proyeksi tentang apa yang akan terjadi dan seberapa cepat sebagai hasil dari perubahan dan kecenderungan yang dideteksi melalui scanning dan monitoring. Tujuannya untuk mengembangkan proyeksi atau hasil yang diantisipasi berdasarkan perubahan dan kecenderungan yang di monitoring.
4. Assesing, yaitu untuk menentukan saat dan pengaruh perubahan oleh pihak luar serta kecenderungan manajemen strategi dalam suatu LAB BIS. Tujuannya menentukan waktu dan pentingnya perubahan serta kecenderungan pihak luar untuk strategi LAB BIS dan manajemennya.






III. KESIMPULAN

Pengawasan untuk peningkatan mutu merupakan konsep mutu dari teknik dan kegiatan operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan pemantapan mutu. Penjaminan mutu sebelum diproses, sedang diproses dan setelah diproses merupakan kegiatan terencana dan sistematis yang diterapkan dalam system manajemen mutu untuk meyakinkan bahwa suatu produk akan memenuhi persyaratan mutu. Jadi, Quality assurance (QA) secara konsisten menghasilkan produk sesuai standar khusus atau mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan benar sejak awal hingga akhir.

IV. PENUTUP
Demikianlah makalah ini dibuat. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna tercapainya kesempurnaan.

Kesedihanku - Sammy Simorangkir

sepinya hari yang ku lewati
tanpa ada dirimu menemani
sunyi ku rasa dalam hidupku
tak mampu ku tuk melangkah

masih ku ingat indah senyummu
yang selalu membuatku mengenangmu
terbawa aku dalam sedihku
tak sadar kini kau tak di sini

engkau masih yang terindah
indah di dalam hatiku
mengapa kisah kita berakhir
yang seperti ini

masih ku ingat indah senyummu
yang selalu membuatku mengenangmu
terbawa aku dalam sedihku
tak sadar kini kau tak di sini

engkau masih yang terindah
indah di dalam hatiku
mengapa kisah kita berakhir
yang seperti ini

yang seperti ini

engkau masih yang terindah
indah di dalam hatiku
mengapa kisah kita berakhir
yang seperti ini

hampa kini yang ku rasa
menangis pun ku tak mampu
hanya sisa kenangan terindah
dan kesedihanku


untuk link download preview lagunya klik disini

PARASITOLOGI


PARASITOLOGI

Konsep dasar:
            Pada dasarnya ilmu parasitologi adalah mempelajari mengenai “simbiosis”, terutama bentuk suatu organisme yang bersifat parasit. Dua organisme yang hidup bersama dan menguntungkan bagi salah satu atau kedua simbiont tersebut. Biasanya kedua simbiont adalah merupakan organisme yang berbeda spesies, tetapi juga dapat dari spesies yang sama.
            Dari kehidupan yang simbiosis tersebut, dapat dikelompokkan dalam kategori yang berbeda menurut hubungan antara kedua simbiont tersebut. Sehingga ada beberapa jenis simbiosis tersebut yaitu:
Phoresis:
            Adalah sistem simbiosis dimana satu simbiont membawa simbiont lainnya dan secara fisiologik mereka saling bergantung. Biasanya salah satu “phoront” lebih kecil dari lainnya. Misalnya : spora jamur menempel pada kaki lebah.
Mutualisme:
            Adalah simbiosis yang saling menguntungkan, dimana organisme satu secara fisiologik bergantung pada organisme lainnya dimana satu organisme tidak dapat hidup terpisah dari organisme lainnya. Misalnya: Protozoa dan fauna yang hidup didalam usus rayap.
Commensalisme
            Adalah simbiosis dimana salah satu organisme hidup dalam organisme lainnya tetapi tidak mempengaruhi secara fisiologik pada organisme yang ditempati (hospes), tetapi organisme tersebut tidak dapat hidup diluar hospes. Ada dua bentuk yaitu: ekto commensalisme (hidup diluar tubuh hospes) dan endocommensalisme (hidup didalam tubuh hospes). Misalnya: Entamoeba ginggivalis, hidup dalam mulut orang. Organisme tersebut memakan bakteri, sisa makanan, sel epitel yang mati, tetapi tidak menyebabkan sakit pada hospes. Organisme tersebut tidak dapat hidup ditempat lain.
Parasitisme
            Organisme yang hidup di dalam hospes dan menyebabkan sakit pada hospes. Ada dua bentuk yaitu ektoparasit dan endoparasit.
Hospes/host/induk semang/inang

Hospes definitif:
            Adalah hospes dimana parasit hidup dapat mencapai kedewasaan dan bereproduksi.
Hospes intermediate:
            Adalah hospes dimana parasit hidup tidak mencapai kedewasaan (sebagian dari daur hidupnya).
Paratenik:
            Parasit yang masuk dalam hospes, tetapi tidak berkembang dan tetap hidup dan dapat menginfeksi ke hospes difinitif (Dioctophyma renale).
Hospes spesifik:
            Parasit dapat hidup dan berkembang biak hanya dalam satu atau dua hospes saja (Taenia solium).
Hospes reservoar:
            Hewan yang secara normal terinfeksi parasit (tidak sakit), tetapi parasit tersebut dapat menginfeksi orang dan menimbulkan sakit.

HELMINTOLOGI

Class
Ordo
Famili
Spesies
Organ
Nematoda
Ascaridata
Ascaridae
Ascaris lumbricoides
Usus

Oxyurata
Oxyuridae
Enterobius vermiculatus
Usus

Trichurata
Trichuridae
Trichuris trichura
Gastro-intestinal

Filariata
Onchocercidae
Wucheria bancrofti
Saluran limfe



Onchocerca volvulus
Kulit



Loa- loa
Sub cutaneus
mata

Dioctophymata
Dioctophymati-dae
Dioctophyma renale
ginjal

Rhabditata
Rhabdiasidae
Strongyloides stercorales
Paru, intestinal

Strongylata
ancylostomidae
Strongyloides spp
Usus, paru



Ancylostoma duodenale
Usus, paru
Trematoda
Strigeata
Schistosomati-dae
Schistosoma haematobium
Vena vesica urinaria



S. mansoni
Vena porta hepatis, usus besar



S. japonicum
Usus kecil

Echinostomata
Echinostomati-dae
Echinostoma revolutum
Interstitial

Plagiorchiata
Troglotremati-dae
Paragonimus westermanii
Paru, otak dan viscera

Opisthorchiata
Opisthorchii-dae
Clonorchis sinensis
Hati


Cestoda
Pseudophylli-dea
Diphyllobotrii-dae
Diphylobotrium latum


Cyclophylidea
Taeniidae
Taeniarhynchus saginatus (dewasa); Cysticercosis bovis
(larva)
Usus manusia



Daging sapi




Taenia solium
(dewasa)
Cysticercus cellulosae
(larva)
Usus manusia


Daging babi



Echinococcus granulosus (dewasa)
Hydatidosis (cysta)




Echinococcus multilocularis (dewasa)
Hydatid multilocularis (larva)



Hymenolepidi-dae
Vampirolopsis nana




Hymenolepis diminuta