KUVET MURAH

KUVET KUARSA / GELAS dan DISPOSIBLE KUALITAS TERBAIK DENGAN HARGA BERSAING
MULAI DARI Rp 100.000,-
Hubungi 082295039612

Selasa, 17 Juli 2012

ELEKTROGRAVIMETRI


Elektrogravimetri  merupakan metoda elektroanalisis berdasarkan oksidasi/reduksi, dimana  elektrolisis analit dilakuka dalam periode tertentu, untuk memastikan perubahan secara kuantitatif keadaan oksidasi baru analit
Beda Elektrogravimetri dengan coulometri
  Keduanya berdasarkan pada reaksi Elektrokimia yang dilakukan dalam periode waktu tertentu
  Bila analit  di depositkan pada salah satu elektroda, ditimbang beratnya Þ electrogravimetry
  Jumlah listrik yang diperlukan untuk elektrolisis sempurna digunakan untuk mengukur jumlah analit yang ditentukan Þ coulometry
Prinsip Elektrogravimetri
  MENETUKAN JUMLAH LISTRIK SEBAGAI FUNGSI WAKTU:
i = dq /dt ;     dq = I dt  ;    q = I ( t2- t1) = i.Dt
Dengan :
I =arus (amper) ;
q = muatan listrik (coulomb) ;
t = waktu (detik)
  Suatu logam di depositkan secara elektrolisis pada permukaan salah satu elektroda yang telah ditimbang beratnya
  Digunakan potensial lebih mula-mula sedikit > dibandingkan potensial lebih yang di prediksi untuk reaksi reduksi pada katoda, untuk menghitung berat deposit logam pada anoda, sehingga kehilangan tahanan listrik
  Dilakukan pengaturan potensial untuk menjaga agar arus yang megalir hanya beberapa amper
  Sumber arus tetap (potensial berubah-ubah) digunakan untuk proses elektrolisis
  Komponen yang dianalisis diendapkan pada suatu elektroda (katoda) yang telah diketahui beratnya,
  setelah pengendapan sempurna dilakukan penimbangan elektroda kembali berikut endapannya
Produk elektrolisis  ditimbang sebagai deposit salah satu elektroda (katoda)
w = weight of product in grams
q = charge in coulombs
M = atomic weight in g/mol
n = # of electrons transferred
F = Faraday’s constant in C/mol

Pengukuran muatan listrik
  Jumlah muatan listrik (Coulomb) = jumlah muatan listrik yang ditranspor oleh arus tetap 1 Amper dalam 1 detik
  Jumlah Coulomb Q dihasilkan dari arus tetap I amper yang bekerja selama 1 detik sehingga:
Q = I.t
  Perubahan arus menghasilkan :
Q = òI dt
Faraday
  Jumlah muatan yang menghasilkan yang menghasilkan satu ekivalen perubahan kimia padasuatu elektroda
  Oleh karena ekivalen dalam reaksi redoks adalah jumlah senyawa yang memberi & memakai 1 mol elektron, maka: 
  Faraday = 6,022x1023 elektron =96,485 C

Presisi
  Sangat teliti (0.1% atau >) namun memakan waktu
  Berat dapat ditimbang sampai 0.01mg (dan bila BA dikatahui, sampai  3 ppm atau >
  Muatan listrik dapat diukur secara akurat, dan konstanta  Faraday dketahui sebesar 96484.56±0.27 C/mol
            Peralatan untuk Elektro-gravimetri
 















Alat Proses elektrogravimetri b. katoda (kasa Pt) c. Anoda (kawat Pt spiral)










Tahapan Analisis Elektro-gravimetri
  Elektroda Pt, dibersihkan, dikeringkan dan dtimbang beratnya
  Elektroda Pt ditempatkan dalam sistem dan dipunakan potensial  untuk mendorong terjadinya reaksi redoks
  Analit terdepositkan pada  elektroda (katoda)
  Elektroda yang mengandung deposit analit, diambil dan ditimbang  sampai beratnya konstan


analit  di depositkan pada salah satu elektroda, dan ditimbang beratnya

FISIOLOGI TROMBOSIT


1. Trombopoiesis
Trombosit adalah fragmen sitoplasmik tanpa inti berdiameter 2-4 mm yang berasal dari megakariosit. Hitung trombosit normal di dalam darah tepi adalah 150.000 – 400.000/uL dengan proses pematangan selama 7-10 hari di dalam sumsum tulang. Trombosit dihasilkan oleh sumsum tulang (stem sel) yang berdiferensiasi menjadi megakariosit (Candrasoma,2005). Megakariosit ini melakukan replikasi inti endomitotiknya kemudian volume sitoplasma membesar seiring dengan penambahan lobus inti menjadi kelipatannya. Kemudian sitoplasma menjadi granular dan trombosit dilepaskan dalam bentuk platelet/keping-keping. Enzim pengatur utama produksi trombosit adalah trombopoietin yang dihasilkan di hati dan ginjal, dengan reseptor C-MPL serta suatu reseptor lain, yaitu interleukin-11 (A.V Hoffbrand et al, 2005). Trombosit berperan penting dalam hemostasis, penghentian perdarahan dari cedera pembuluh darah (Guyton,1997; Sherwood,2001).
2. Struktur Trombosit
Trombosit memiliki zona luar yang jernih dan zona dalam yang berisi organel-organel sitoplasmik. Permukaan diselubungi reseptor glikoprotein yang digunakan untuk reaksi adhesi & agregasi yang mengawali pembentukan sumbat hemostasis. Membran plasma dilapisi fosfolipid yang dapat mengalami invaginasi membentuk sistem kanalikuler. Membran plasma ini memberikan permukaan reaktif luas sehingga protein koagulasi dapat diabsorpsi secara selektif. Area submembran, suatu mikrofilamen pembentuk sistem skeleton, yaitu protein kontraktil yang bersifat lentur dan berubah bentuk. Sitoplasma mengandung beberapa granula, yaitu: granula densa, granula a, lisosome yang berperan selama reaksi pelepasan yang kemudian isi granula disekresikan melalui sistem kanalikuler. Energi yang diperoleh trombosit untuk kelangsungan hidupnya berasal dari fosforilasi oksidatif (dalam mitokondria) dan glikolisis anaerob (Aster,2007; A.V Hoffbrand et al, 2005; Candrasoma,2005).
3. Fungsi Trombosit
Trombosit memiliki banyak fungsi, khususnya dalam mekanisme hemostasis. Berikut fungsi dari trombosit (A.V Hoffbrand et al, 2005):
Mencegah kebocoran darah spontan pada pembuluh darah kecil dengan cara adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi (hemostasis).
Sitotoksis sebagai sel efektor penyembuhan jaringan.
Berperan dalam respon inflamasi.
Cara kerja trombosit dalam hemostasis dapat dijelaskan sebagai berikut : Adanya pembuluh darah yang mengalami trauma maka akan menyebabkan sel endotelnya rusak dan terpaparnya jaringan ikat kolagen (subendotel). Secara alamiah, pembuluh darah yang mengalami trauma akan mengerut (vasokontriksi). Kemudian trombosit melekat pada jaringan ikat subendotel yang terbuka atas peranan faktor von Willebrand dan reseptor glikoprotein Ib/IX (proses adhesi). Setelah itu terjadilah pelepasan isi granula trombosit mencakup ADP, serotonin, tromboksan A2, heparin, fibrinogen, lisosom (degranulasi). Trombosit membengkak dan melekat satu sama lain atas bantuan ADP dan tromboksan A2 (proses agregasi). Kemudian dilanjutkan pembentukan kompleks protein pembekuan (prokoagulan). Sampai tahap ini terbentuklah hemostasis yang permanen. Pada suatu saat bekuan ini akan dilisiskan jika jaringan yang rusak telah mengalami perbaikan oleh jaringan yang baru. (Candrasoma,2005; Guyton,1997; A.V Hoffbrand et al, 2005).