KUVET MURAH

KUVET KUARSA / GELAS dan DISPOSIBLE KUALITAS TERBAIK DENGAN HARGA BERSAING
MULAI DARI Rp 100.000,-
Hubungi 082295039612

Minggu, 17 Juni 2012

Koefisien fenol


Antiseptik ialah obat yang dapat meniadakan atau mencegah keadaan sepsis. Antiseptik ialah zat yang digunakan untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan mikrooranisme, biasanya merupakan sediaan yang digunakan pada jaringan hidup (Paul & Batzing,1987).
Desinfektan ialah zat yang digunakan untuk mencegah infeksi dengan mematikan mikroba, misalnya sterilisasi alat kedokteran. Sterilisasi ditujukan untuk membunuh semua mikroorganisme. Obat ini dapat bersifat bakterisid atau bakteriostatik. Berdasarkan sifat kimia, antiseptik digolongkan dalam golongan fenol, alkohol, aldehid asam, halogen, peroksidan dan logam berat(Paul & Batzing,1987).
Penyiapan media pertumbuhan mikroorganisme harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan bakteri supaya dapat tumbuh membentuk koloni dan harus steril  sehingga tidak ada kontaminan dari lingkungan. Media pertumbuhan dasar untuk bakteri adalah Nutrient Broth (NB), Nutrient Agar (NA), Tryptic Soy Broth (TSB), dan Tryptic Soy Agar (TSA) (August,2001).
Cara Kerja Antimikroba,antara lain:
a)      Merusak DNA.
Sejumlah unsur antimikroba bekerja dengan merusak DNA. Unsur ini meliputi radiasi pengion (ionisasi), sinar ultraungu, dan zat-zat kimia reaktif DNA. Pada kategori yang terakhir ini terdapat zat-zat alkilasi dan zat lain yang bereaksi secara kovalen dengan basa purin dan pirimidin sehingga bergabung dengan DNA atau membentuk ikatan silang antar untai. Penyinaran merusak DNA melalui beberapa cara, misalnya sinar ultraungu menyebabkan penyilangan diantara pirimidin yang berdekatan pada salah satu untai yang sama dari dua untai polinukleotida, membentuk dimer pirmidin. Radiasi pengion memecahkan untaian tunggal atau ganda. Kerusakan DNA yang ditimbulkan karena penyinaran atau secara kimiawi akan mematikan sel terutama karena mengganggu replikasi DNA (Jawetz et. al., 1996).
b)      Denaturasi protein.
Protein terdapat dalam keadaan tiga dimensi, terlipat, yang ditentukan oleh pertautan disulfida kovalen intramolekul dan sejumlah pertautan nonkovalen seperti ikatan ion, ikatan hidrofob, dan ikatan hidrogen. Keadaan ini dinamakan struktur tersier protein; struktur ini mudah terganggu oleh sejumlah unsur fisik atau kimiawi, sehingga protein tidak dapat berfungsi lagi. Kerusakan struktur tersier ini dinamakan denaturasi protein (Jawetz et. al., 1996).

c)      Gangguan selaput atau dinding sel.
Selaput sel berguna sebagai penghalang yang selektif, meloloskan beberapa zat terlarut dan menahan zat lainnya. Beberapa zat diangkut secara aktif melalui selaput, sehingga konsentrasinya dalam sel tinggi. Selaput sel juga merupakan tempat bagi banyak enzim yang terlibat dalam biosintesis berbagai komponen pembungkus sel. Zat-zat yang terkonsentrasi pada permukaan sel mungkin mengubah sifat-sifat fisik normalnya dan dengan demikian membunuh atau menghambat sel.
Dinding sel berlaku sebagai struktur pemberi bentuk pada sel, melindungi sel terhadap lisis osmotik. Dengan demikian, zat yang merusak dinding sel (misalnya lisozim) atau menghalangi sintesis normalnya (misalnyapenisilin) akan menyebabkan lisis sel (Jawetz et. al., 1996).
a.        Pembuangan gugus sulfhidril bebas.
Berbagai protein enzim yang mengandung sistein memiliki rantai samping yang berakhir dalam gugus sulfhidril. Selain itu, paling kurang satu koenzim utma (koenzim A, diperlukan untuk transfer gugus asil) mengandung suau gugus sulfhidril bebas. Enzimdan koenzim ini tidak dapat berfungsi kecuali gugus sulfhidril tetap bebas dan dalam keadaan tereduksi. Zat pengoksidai mengganggu metabolisme dengan mengkat sulfhidril yang berdekatan dengan ikatan sulfida. Banyak logam, misalnya ion merkuri mengganggu pula dengan bergabung bersama sulfhidril. Ada banyak enzim sulfhidril dalam sel. Karena itu, zat pengoksida dan logam berat dapat menimbulkan kerusakan besar (Jawetz et. al., 1996).
b.        Antagonisme kimiawi.
Gangguan suatu unsur kimia terhadap reaksi normal antar enzim khusus dengan substratnya dikenal sebagai “antagonisme kimiawi”. Zat antagonis ini bekerja dengan bergabung pada suatu bagian dari holoenzim (salah satu dari apoenzim protein aktivator logam, atau koenzim), dan dengan demikian mencegah penempelan substrat normal.
Suatu antagonis bergabung dengan suatu enzim karena mamiliki afinitas tehadap tepat penting pada enzim itu. Enzim melaksanakan fungsi katalisisnya berdasarkan afinitas terhadap substrat alamiahnya. Karena itu, setiap zat yang strukturnya mnyerupai suatu substrat pada bagian yang penting, akan memiliki pula afinitas terhadap enzim tersebut. Bila afinitas ini cukup besar, “analog” akan menggantikan substrat normal dan menghalangi reaksi yang biasa berlangsung (Jawetz et. al., 1996).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan antiseptik atau desinfektan yang digunakan untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme adalah:
1.      Jenis organisme yang digunakan.
2.      Jumlah mikroorganisme yang digunakan.
3.      Umur dan sejarah dari mikroorganisme.
4.      Jaringan atau unsur-unsur yang ada dalam mikrorganisme.
a.         Efek-efek dari zat kimia terhadap jaringan.
b.         Efek-efek dari jaringan terhadap zat kimia.
5.      Jenis racun dari zat kimia (jika diambil secara internal).
6.      Waktu bagi zat kimia untuk bekerja dan konsentrasi yang dipakai.
7.      Temperatur pada zat kimia dan pada jaringan atau unsur-unsur yang terlibat (Sarles et. al., 1956).
Ciri-ciri suatu desinfektan yang ideal adalah memenuhi hal-hal berikut :
1.     Aktivitas antimikrobial, pada konsentrasi rendah harus mempunyai aktivitas antimikrobial dengan spektrum luas.
2.    Kelarutan, harus dapat larut dalam air atau pelarut lain sampai taraf yang diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif.
3.    Stabilitas, perubahan yang terjadi pada substansi bila dibiarkan beberapa hari harus seminimal mungkin dan tidak boleh menghilangkan sifat antimikrobialnya secar nyata.
4.    Tidak bersifat racun
5.    Homogen
6.    Tidak bergabung dengan bahan organik
7.    Aktivitas antimikrobial pada suhu kamar
8.    Tidak menimbulkan karat dan warna
9.    Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap
10.    Memiliki kemampuan sebagai deterjen atau pembersih
Tersedia dalam jumlah yang besar dengan harga yang pantas (Eka,2006).
Yang termasuk golongan fenol adalah fenol, timol, resolsinol dan heksaklorofen. Fenol merupakan zat pembaku daya antiseptik obat lain sehingga daya antiseptik dinyatakan dengan koefisien fenol. Obat ini bukan antiseptik yang kuat. Banyak obat lain yang mempunyai daya antiseptik lebih kuat. Dalam kadar 0,01-1%, fenol bersifat bakteriostatik. Larutan 1,6% bersifat bakterisid, yang dapat mengadakan koagulasi protein. Ikatan fenol denga protein mudah lepas, sehingga fenol dapat berpenetrasi ke dalam kulit utuh. Larutan 1,3% bersifat fungisid, berguna untuk sterilisasi ekskreta dan alat kedokteran. Dalam toksikologi senyawa ini penting, karena sering digunakan pada percobaan bunuh diri. Terhadap mukosa saluran cerna dan mulut, bahan ini bersifat kaustik dan korosif. Terhadap SSP menyebabkan eksitasi disusul depresi (Pelczar & Reid,1958).
Intoksikasi fenol menyebabkan tremor dan eksitasi. Kematian biasanya disebabkan perforasi atau depresi pusat vital, sehingga terjadi syok. Urin berwarna kehitam-hitaman, karena hasil oksidasi fenol. Juga terlihat silinder hialin dan sel epitel. Pengobatan intoksikasi ini ialah segera melakukan bilas lambung dan pemberian demulsen (Eka,2006).
Timol mempunyai koefisien fenol 30, bersifat bakterisid, antelmintik dan fungisid, terutama efektif untuk infeksi jamur (aktinomikosis, blastomikosis, koksidioidomikosis, dan kandidosis). Sediaan timol terdapat dalam bentuk tingtur (larutan dalam alkohol) 1% dan salep 10% (unguentum Whitfieldi) (Eka,2006).
Resosinol mempunyai sifat yang menyerupai fenol, berefek bakterisid dan fungisid. Dalam klinik digunakan untuk mengobati infeksi jamur di  kulit, ekzema, psoriasis, dan dermatitis seboroik. Resolsinol bersifat  keratolitik dan iritan ringan (Eka,2006).
Heksaklorofen ialah senyawa bisfenol yang mengandung klor. Heksaklorofen kadar rendah dapat mengganggu transport elektron kuman dan menghambat enzim yang terikat pada membran. Konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pecahnya membran kuman. Heksaklorofen lebih aktif terhadap kuman gram-positif daripada gram-negatif, efek bakteriostatiknya tinggi tetapi dibutuhkan waktu kontak yang cukup, hampir tidak efektif terhadap spora. Larutan heksaklorofen 3% dapat membunuh Staph. Aureus dalam 20-30 detik tetapi untuk membunuh kuman gram-negatif dibutuhkan waktu 24 jam. E. Coli, Klebsiella dan P. Aeruginosa sering ditemukan sebagai kontaminan dalam heksaklorofen dan dapat menimbulkan epidemi di rumah sakit (Byrne,2004).
Penggunaan obat ini secara berulang kali dapat menimbulkan superinfeksi kuman gram-negatif. Biasanya dikombinasi dengan paraklorometoksifenol atau paraklorometokresol, walaupun demikian dibuthkan waktu 3 jam untuk membunuh kuman gram-negatif. Nanah dan serum menurunkan aktivitas heksaklorofen. Toksisitas sistemik dapat timbul pada anak setelah penggunaan topikal berupa bingung, diplopia, letargi, kejang, henti nafas dan kematian. Karena itu penggunaan heksaklorofen untuk memandikan bayi tidak dianjurkan(Byrne,2004).
Obat ini juga bersifat teratogenik. Heksaklorofen digunakan untuk membersihkan kulit sebelum pembedahan. Heksaklorofen terdapat dalam bentuk emulsi, larutan dan sponge 3% (Byrne,2004).
Bacillus substilis
Bacillus substilis merupakan bakteri gram positif yang biasanya ditemukan di tanah, termasuk kedalam genus Bacilus. Seperti spesies yang lainnya, kuman ini memiliki kemampuan untuk membentuk endospora pelindung, yang tahan terhadap kondisi lingkungan yang buruk. Tidak seperti beberapa kuman Bacillus yang lainnya, Bacillus substilis merupakan kuman aerob obligat (Fontana, 2000).
Bacillus substilis tidak dianggap sebagai kuman patogen, tetapi dapat mengkontaminasi makanan dan jarang sebagai penyebab keracunan (Fontana, 2000).
Bacillus subtilis adalah bakteri Gram-positif (+), katalase-positif, berbentuk batang dan bakteri aerob pembentuk endospora. Non-patogen. Biasanya ditemukan dalam tanah dan termasuk ke dalam genus Bacillus. It is one of the most studied gram-positive bacteria. Salah satu yang menarik dari B. subtilis adalah kemampuannya untuk differensiasi dan membentuk endospora..
B. subtilis memiliki kemampuan untuk membentuk endospora yang kuat sebagai adaptasi terhadap lingkungan yang ekstrem. Tidak seperti beberapa spesies lain, B. subtilis memiliki sejarah pernah digolongkan pada golongan organisme yang harus membutuhkan oksigen. Percobaan-percobaan pada masa kini telah membuktikan hal tersebut tidaklah demikian.B. subtilis tidak dianggap sebagai bakteri patogen pada manusia walau dapat mengkontaminasi makanan, tetapi hal itu jarang menyebabkan keracunan makanan. Spora B.  Bacillus subtilis dapat bertahan dari pemanasan (Fontana,2000).


untuk baca lebih lengkap dalam bentuk document klik disini














Tidak ada komentar:

Posting Komentar