KUVET MURAH

KUVET KUARSA / GELAS dan DISPOSIBLE KUALITAS TERBAIK DENGAN HARGA BERSAING
MULAI DARI Rp 100.000,-
Hubungi 082295039612

Minggu, 30 Oktober 2011

sistem pengelolaan obat

I. PENDAHULUAN
Kita semua menyadari bahwa teknologi informasi dan komunikasi saat ini sudah menjadi bagian yang tidak terelakkan dalam organisasi kesehatan. Mulai dari rumah sakit, puskesmas, dinas kesehatan, organisasi pendidikan pelatihan kesehatan, badan asuransi serta berbagai organisasi kesehatan lainnya pasti memiliki teknologi informasi dan komunikasi dengan jenis dan kapasitas yang bervariasi. Yang juga bervariasi adalah kemampuan pengguna dan organisasi itu sendiri dalam memanfaatkannya. Di sisi yang lain, pengalaman menunjukkan penerapan sistem informasi berbasis komputer banyak berakhir dengan kegagalan. Dowling(1980) mengestimasi bahwa 45% dari pengembangan sistem informasi berbasis komputer gagal karena resistensi pengguna, meskipun secara teknologi cukup meyakinkan.
Sistem informasi berbasis komputer dapat dikaji berdasarkan criteria biaya/manfaat (cost benefit), ketepatan waktu, kelengkapan, tingkat kesalahan, tingkat penggunaan sampai dengan kepuasan pengguna. Dalam sistem manajemen tedapat subsistem dimana semuanya membuat suatu kesatuan sistem yang disebut Sistem Informasi berupa sub sistem Pengumpulan, Pengolahan, Analisis, Penyajian, Informasi membentuk sistem Informasi, suatu aktifitas yang menjamin bahwa sistem manajemen memiliki informasi yang relevan bagi pengambilan keputusan.
Di dalam suatu sistem terdapat elemen-elemen atau bagian-bagian dimana di dalamnya juga membentuk suatu proses dalam suatu kesatuanyang disebut sebagai sub sistem (bagian dari sistem). Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau sub sistem tidak berjalan dengan baik maka akan mempengaruhi bagian yang lain. Secara garis besar, elemen-elemen dalam sistem itu adalah sebagai berikut:
1.      Masukan (Input) adalah sub-sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya sistem.
2.       Proses adalah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga menghasilkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan.
3.      Keluaran (output) ialah hal yang dihasilkan oleh proses.
4.      Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu lamanya.
5.      Umpan balik (feedback) ialah juga merupakan hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut.
6.      Lingkungan (environment) ialah dunia di luar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.
Sistem pelayanan kesehatan mencakup pelayanan kedokteran (medical services) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public health services). Secara umum pelayanan kesehatan masyarakat adalah merupakan sub sistem pelayanan kesehatanyang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan)
II. SIK (SISTEM INFORMASI KESEHATAN )
Pengertian : Suatu kombinasi elemen-elemen yang bertujuan menghasilkan data dan penyebaran informasi untuk digunakan oleh pelayanan kesehatan di semua tingkat pelaksanaan dan di sektor-sektor pengembang yang lain. Tujuan : melayani manajemen dengan cara meminimalkan ketidakpastian untuk pengambilan keputusan dengan harapan untuk mencapai tujuan organisasi.
Perangkat SIK : Secara umum masyarakat mengenal produk teknologi informasi dalam bentuk perangkat keras, perangkat lunak dan infrastruktur/jaringan.
1.      Perangkat keras (Hardware): Perangkat Input (keyboard, monitor, touch screen, scanner, mike, camera digital, perekam video, barcode reader, maupun alat digitasi lain dari bentuk analog ke digital). Perangkat Keras Pemroses lebih dikenal sebagai CPU (central procesing unit) dan memori komputer. Perangkat Keras Penyimpan Data baik yang bersifat tetap (hard disk) maupun portabel (removable disk).  Perangkat Output yang menampilkan hasil olahan komputer kepada pengguna melalui monitor, printer, speaker, LCD maupun bentuk respon lainnya.
2.      Perangkat Lunak (Software) : Sistem Operasi (misalnya Windows, Linux atau Mac) yang bertugas untuk mengelola hidup matinya komputer, menhubungkan media input dan output serta mengendalikan berbagai perangkat lunak aplikasi maupun utiliti di komputer. Perangkat Aplikasi adalah program praktis yang digunakan untuk membantu pelaksanaan tugas yang spesifik seperti menulis, membuat lembar kerja, membuat presentasi, mengelola database dan lain sebagainya. Program Utility yang membantu sistem operasi dalam pengelolaan fungsi tertentu seperti manajemen memori, keamanan komputer dan lain-lain.
3.      Infrastruktur dan jaringan: Terbatas, dalam kawasan tertentu (misalnya satu gedung) yang dikenal dengan nama Local Area Network (LAN). Luas, meliputi satu kabupaten atau negara atau yang dikenal sebagai Wide Area Network (WAN).
4.      SDM/ Manusia (brainware): Merupakan faktor utama yang tidak boleh diabaikan. Terdiri dari perencana, manager, pemogram, operator dan pemakai.
Informasi dalam SIK : Informasi manajemen kesehatan, Informasi upaya teknis kesehatan, Informasi kesehatan untuk masyarakat, Informasi iptek kesehatan. Masalah SIK di Indonesia :Kelemahan aspek organisasi & tata kerja, kelemahan pengelolaan data dan informasi, sikap terhadap data/ info (mis : cuek, tidak mengerti arti pentingnya data), kelemahan sumber daya (mis: tidak bisa mengoperasikan komputer, malas belajar, dianggap merepotkan, masih dipengaruhi tata cara manual), ketersinambungan program , dukungan pengambil keputusan (perlu adanya SIKDA (Sistem Informasi Kesehatan Daerah) untuk memayungi SIK)
Elemen dalam SIK (aplikasi) : antara lain (contoh) : SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen Puskesmas) untuk mendukung manajemen klien, (Kegiatan dalam gedung),  SPTP (Sistem Pelaporan Terpadu Puskesmas)  untuk mendukung manajemen unit kesehatan, Kegiatan luar gedung), SIMKA (Sistem Informasi manajemen Kepegawaian), GIS (Geografis Information sistem), SIMO (Sistem Informasi Manajemen Obat), PIN (Pekan Imunisasi Nasional), SIM-KLB (Sistem Informasi Manajemen Kejadian Luar Biasa berbasis SMS).
III. SIMO (Sistem Informasi Manajemen Obat)
SIMO adalah suatu tatanan manusia/peralatan yang menyediakan informasi yang membantu proses manajemen pengelolaan obat. Pengelolaan perbekalan kefarmasian ini biasanya terintegrasi dalam system jaringan teknologi informasi yang didukung oleh piranti lunak atau pemprograman khusus ( soffware ). SIMO dilatarbelakangi oleh perubahan sistem pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan ke arah keterpaduan yang berlandaskan prinsip supply chain management maka diperlukan sistem benchmarking yang berguna dalam menganalisis kinerja berdasarkan indikator – indikator yang ada dan melakukan perbandingan. Benchmarking adalah pola pengukuran dan penilaian kinerja berdasarkan indikator, standar dan perbandingan hasil. Menjamin tersedianya obat yang bermutu dengan jenis dan jumlah yang tepat, tersebar secara merata dan teratur, sehingga akan mempercepat pelayanan kesehatan yang tepat waktu serta memudahkan masyarakat yang membutuhkan.
Informasi yang optimal yang diharapkan dari SIMO terdiri dari informasi dasar berbasis masyarakat (community based information)dan informasi dasar berbasis fasilitas pelayanan (facility based information). Pengembangan penggunaan Sistem Informasi dan Manajemen Obat ( SIMO ) sangat dipengaruhi oleh prioritas program dan kegiatan, administrasi yang valid dan akurat, kemampuan sumber daya manusia ( SDM ) yang ada, ketersediaan alokasi dana yang berkesinambungan, dan perangkat teknologi dan sistem jaringan yang memadai.
Manfaat SIMO adalah cepatnya pelayanan, akuratnya tindakan yang diterima, mudahnya mendapatkan informasi, kemudahan dan kesederhanaan proses-proses administrasi, perencanaan menjadi terorganisir rapi, memudahkan proses monitoring dan evaluasi, mempermudah dalam proses pengambilan keputusan/kebijakan.
Berbicara mengenai efisiensi biaya pengobatan rasanya akan turut pula membicarakan tentang obat karena obat merupakan komponen penting dalam upaya pelayanan kesehatan bahkan penggunaan obat dapat mencapai 40 % dari seluruh komponen biaya pelayanan kesehatan. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi harga obat sehingga sering kali pasien kesulitan untuk melakukan efisiensi dalam investasi kesehatannya. Pasien sulit memprediksi biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pengobatan yang pada akhirnya dapat membuat pasien enggan untuk mengakses layanan kesehatan karena kekhawatiran harus menanggung biaya yang besar. Dalam hal pemilihan jenis obat, penggunaan obat generik memang bisa membantu efisiensi biaya kesehatan, namun sayangnya terkadang tidak semua obat generik tersedia di pasaran karena faktor rendahnya permintaan dari dokter yang meresepkan.
Di bidang kesehatan, Teknologi Informasi( TI) juga bisa sangat membantu. Untuk kebutuhan operasional klinik atau rumah sakit misalnya, banyak urusan dapat dilancarkan dengan kehadiran TI. Sayangnya, penerapan TI secara luas di Indonesia agak terkendala oleh minimnya SDM dan infrastruktur yang ada. Apotek  yang  memiliki dokter praktek inhouse, dengan sendirinya memiliki database dokter spesialis dan umum, serta database pasien. . Pada saat ini apotek dengan layanan kefarmasian dan dokter inhouse dengan praktek kedokterannya seolah berjalan sendiri-sendiri dan hanya bersinggungan pada saat terjadi transaksi resep oleh pasien. Hal ini menyebabkan beberapa kasus dokter keluar dan membuka apotek sendiri hingga apotek yang selalu menerima akibatnya, istilah etimologinya: habis manis sepah dibuang, disamping makin mahalnya biaya kesehatan yang harus ditanggung masyarakat. Guna mengantisipasi kejadian seperti dicontohkan di atas dan mencapai hasil yang lebih optimal dalam hal management store di apotek, maka diperlukan sinergi yang kuat antara apotek dan jaringan praktek dokter
Manajemen Klinik adalah sistem manajemen di tingkat mikro pelayanan, yang merupakan bagian terkecil dari Sistem Kesehatan Masyarakat, yaitu: 1) Klinik, Merupakan unit pelayanan kesehatan. Di masa depan, bentuk klinik semacam ini tidaklah cukup, baik secara intern untuk mengembangkan diri maupun dalam bersinergi dengan apotek lain, 2. Jaringan Klinik, Adalah sebuah Sistem Manajemen Klinik yang mengoptimalkan semua dokter praktek spesialis dan siapapun. Lebih lanjut, Jaringan klinik adalah layanan pemeliharaan kesehatan paripurna yang diperoleh pasien/peserta setelah melakukan kontribusi prabayar. Tujuan utama pembentukan jaringan ini adalah: a. mempermudah pasien/peserta untuk berobat ke dokter  di apotek   sesuai penyakitnya; b. dokter-dokter  yang berpraktek di  apotek  terhubung dalam sebuah sistem informasi; c. setiap dokter spesialis memiliki jaminan adanya jumlah pasien sebagai peserta. Pertama-tama perlu didefinisikan maksud kepesertaan dalam jaringan ini. Kepesertaan di sini adalah: 1. dapat bersifat perseorangan, yakni masyarakat umum yang mendaftarkan diri sebagai member;2. dapat berupa kelompok, yakni karyawan dari suatu perusahaan/instansi
Untuk menjamin terciptanya jaringan klinik yang terintegrasi dan dapat berjalan dangan lancar, diperlukan elemen-elemen yang saling bersinergi satu sama lain. Elemen tersebut adalah:
1. Divisi IT sebagai pembangun dan penyedia sistem informasi yang mencakup: a. Kartu kepesertaan (member card) dan medical report; b. Sistem pelayanan dan controlling;c. Quality Insurance;d. Sistem informasi yang terintegrasi dengan apotek;e. Sistem manajemen keuangan & pembayaran.
2. Konsolidasi yang kuat dari sektor Apotek dan TD, yang akan merupakan cara efektif untuk memperkenalkan PRODUK SUBSTITUSI di Apotek, dan jika digabungkan dengan insentif dana dari sistem ini akan mengakibatkan pengaruh besar terhadap PRODUCT SELECTION dan PRICING
Untuk menginisiasi jaringan klinik yang akan dibentuk, diperlukan suatu sistem informasi yang memuat dan mampu memanage database yang ada dan digunakan oleh klinik tersebut secara terpadu dan up-to-date. Kunci sukses implementasi sistem informasi klinik diantaranya adalah memahami kebutuhan staf klinik dan mengerti strategi pengembangan sehingga mampu menjembatani adopsi dan pemanfaatan suatu teknologi baru (Hobbs, 2000). Penerapan komputerisasi klinik mungkin mudah bagi dokter yang berusia lebih muda. Tetapi bagaimana dengan para dokter senior yang telah terbiasa dan nyaman dengan sistem berbasis kertas. Hal ini tentu memerlukan perhatian tersendiri.
10 hal penting yang harus diperhatikan adalah :
1. Kecepatan adalah segalanya. Tidak peduli indahnya desain, fitur, saran, atau sistem peringatan (alerts) yang ada dalam suatu sistem, yang lebih penting adalah kecepatan (waktu respon). Dengan alasan inilah, tak heran jika masih banyak sistem yang dikembangkan dengan DOS (berbasis teks).
2. Para dokter (lebih sering) mengabaikan sistem peringatan. Padahal sistem peringatan dapat mengurangi medical error, tetapi karena kebutuhan akan kecepatan akses lebih diutamakan, maka sistem peringatan dalam sistem informasi (misalnya peringatan akan adanya interaksi obat) cenderung diabaikan oleh dokter. Padahal sistem peringatan ini masih digunakan oleh kalangan farmasi.
3. Memberikan informasi saat dibutuhkan. Dengan didukung sistem peringatan, informasi benar-benar disampaikan sesuai kebutuhan pengguna berupa pengingat singkat (reminder) tapi tetap menyertakan tautan (link) untuk informasi yang lebih lengkap.
4. Sesuai dengan alur kerja pengguna. Para pengembang sebaiknya menyadari, kadang komputerisasi juga memperlambat proses. Jadi, sesuaikan dengan proses dan alur kerja yang ada. Sistem berbasis web Cedars-Sinai menampilkan data pasien terbaru dengan tautan ke laporan konsultasi, hasil radiologi, dan analisis gas rutin. Informasi dapat dioptimalisasi untuk menghemat waktu akses.
5. Respek terhadap otonomi dokter. Di tengah kesibukannya sehari-hari, para dokter dihadapkan pada suatu sistem informasi klinik yang baru, dan kadang bertentangan dengan otonomi praktiknya. Hal ini sering terjadi pada para dokter senior yang berusia lanjut. Otonomi ini berhubungan dengan adanya sistem peringatan komputer jika terjadi interaksi obat. Hal ini juga dianggap menghambat proses dan membuang waktu. Peresepan manual berbasis kertas dianggap lebih baik. Tetapi semuanya harus dilakukan demi kebaikan pasien dan dokter.
6. Pengawasan implementasi secara nyata dan respon dilakukan dengan segera. Tantangan terberat adalah manajemen perubahan pada manusianya. Implementasi sistem informasi klinik yang baru membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Biaya implementasi/pelatihan kadang lebih mahal dari harga perangkat keras dan lunak itu sendiri. Implementasi sebaiknya dituntaskan pada suatu unit, sambil mencari masukan untuk membentuk sistem baru menjadi lebih baik.
7. Hati-hati dengan konsekuensi yang tidak diharapkan. Prosedural dedikasi yang ditanamkan pada suatu sistem kadang terlalu detil sehingga dapat melelahkan (terutama) para perawat. Konsekuensi ini baiknya disesuaikan dengan prosedur manual yang ada dan dibicarakan dengan tim dokter.
8. Waspada akan kekurangan proses jangka panjang yang belum teratasi. Tidak semuanya dapat tergantikan oleh sistem. Saat proses registrasi memerlukan waktu tertentu sementara pasien harus segera diambil tindakan (masalah proses), dokter akan memesan perlengkapan medikasi dengan menggunakan nama sementara, tentu saja dengan tulisan tangan. Proses ini tidak tergantikan oleh komputer.
9. Jangan mengacaukan magic nursing glue. Sebelum terkomputerisasi, para perawat sering membantu tugas dokter dengan melengkapi status pasien yang belum lengkap, sehingga memudahkan pasien untuk pindah tahap perawatan selanjutnya. Dengan komputerisasi, proses ini menjadi terlalu detil dan spesifik. Sistem informasi klinik dapat mengganggu peran perawat.
10. Kecepatan adalah segalanya. Kembali, kecepatan adalah segalanya bagi pengguna klinik di tengah kesibukan masing-masing
Lepas dari segala kendala dan konsekuensi yang akan ditimbulkan, sistem manajemen klinik dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara umum: 1. Masyarakat terpenuhi kebutuhan kesehatannya dengan biaya ringan; 2.. Perusahaan memiliki karyawan yang terjamin kesehatannya dengan biaya efisien; 3. Dokter spesialis dan apotek dapat mengembangkan mutu dan memperoleh jasa lebih besar dengan makin terpeliharanya kesehatan konsumen; 4. Pemerintah memperoleh masyarakat sehat dengan biaya dari masyarakat sendiri hingga dapat memberi subsidi lebih untuk masyarakat miskin.
V. Memilih SIM
Memilih Sebuah Sistem Informasi Manajemen (SIM) untuk diterapkan pada unit pelayanan farmasi atau apotek ibarat kita memilih atau mencari sebuah pasangan hidup. Hal ini dikarenakan SIM yang kita pilih dan kita pakai akan menjadi sahabat dan pembantu kita dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan sistem informasi. Banyak vendor (jasa pihak ketiga) yang sudah menawarkan berbagai model SIM ada yang sederhana sampai yang komplit sekali, bahkan karena komplitnya ada menu-menu yang kadang tidak dibutuhkan oleh pihak pengguna, kemudian dari yang harga murah sampai dengan yang harganya ratusan juta. Sehingga mungkin kita sebagai konsumen (pengguna) akan kebingungan, mana yang baik dan cocok buat tempat kita bekerja. Memang semuanya tergantung kemampuan kita terutama yang berhubungan dengan anggaran. Kalau bisa SIM yang kita pakai adalah yang murah dan sesuai dengan kebutuhan kita dalam mengelola sebuah sistem informasi.
Untuk itu kami mencoba menyusun fitur atau menu-menu yang wajib ada pada sebuah SIM, yang bisa digunakan sebagai referensi bagi apotek yang akan membeli dan menggunakan SIM. Menu-menu yang akan kami tulis di sini diambil dari beberapa sumber. Selengkapnya menu-menu tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Menu Pendaftaran Pasien, yang terdiri dari : Informasi produk dan layanan, Manajemen Pendaftaran Pasien
  1. Pelayanan Rekam Medis, yang terdiri dari : Data base pasien, Pencatatan dan Info Register Penomoran, Info Sensus harian, Info Register, Pengolahan Statistik, Laporan Kinerja, Pengkodean, Master ICD-10.
3.      Menu Billing system, yang terdiri dari : Info Tagihan, Transaksi Pembayaran, Laporan Kas Harian Kasir,  Info Insentif Petugas
  1. Menu Pelayanan Farmasi, yang terdiri dari : transaki obat resep, transaksi obat karyawan, inventori, resep yang keluar per item obat, manajemen obat kedaluwarsa, pemesanan obat, pengaturan stok, distribusi obat, laporan penerimaan dan pengeluaran obat.
  2. Menu Pemeliharaan dan manajemen aset, yang meliputi : Info daftar aset, Pencatatan perhitungan penyusutan aset, Info pemeliharaan aset.
  3. Menu Logistik (obat/alkes/umum), yang meliputi : Info persediaan dan permintaan tiap pelayanan/unit, Info jumlah permintaan per item / per unit, Info harga pokok / harga jual, Inventaris barang (alkes/non medis), Pencatatan penerimaan dan penghapusan, Info penerimaan dan penghapusan, Info distribusi per ruang/unit, Pencatatan permintaan barang, Pencetakan tanda permintaan/penerimaan.
  4. Menu Sistem Keuangan, yang meliputi : Penyusunan anggaran, Laporan realisasi anggaran, Info Hutang – Piutang, Info cashflow.
  5. Menu Kepegawaian, yang meliputi : Data pegawai, Absensi, Laporan kepegawaian, Info kinerja pegawai.
  6. Menu Administrator & User Manager, yang meliputi : Info aplikasi, Manajemen user dan scurity.
  7. Menu Informasi online, yang meliputi : Info pelayanan, info dokter jaga, info konsultasi.
Menu-menu di atas dapat disesuaikan dengan pelayanan  yang ada.
Pelayanan Farmasi merupakan salah satu pelayanan utama yang menunjang kegiatan pelayanan di lingkungan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Divisi Farmasi bertanggung jawab terhadap pengelolaan barang farmasi berupa obat yang digunakan oleh semua unit di lingkungan rumah sakit baik untuk pelayanan rawat jalan termasuk rawat darurat dan bedah sentral, pelayanan rawat inap termasuk rawat intensif maupun penggunaan obat yang digunakan di lingkungan penunjang medis seperti laboratorium. Pada masa yang akan datang beberapa konsep baru telah disepakati untuk digunakan di lingkungan divisi Farmasi. Hal pertama yang diperkenalkan dan akan dilaksanakan adalah order manajemen yaitu pemanfaatan pelayanan permintaan dan penyampaian hasil pemberian obat dengan memanfaatkan fasilitas komputer secara online. Fasilitas ini dapat dimanfaatkan oleh semua unit pengguna. Status atau proses permintaan layanan termasuk hasil pemberian obat dapat dipantau / dilihat langsung melalui fasilitas komputer.
Di dalam pengembangan perangkat lunak, suatu framework digambarkan sebagai suatu struktur pendukung dimana perancangan perangkat lunak yang lain dapat terorganisir dan dikembangkan. Suatu framework dapat meliputi program pendukung, kumpulan kode-kode program (libraries), suatu bahasa scripting, atau perangkat lunak lain untuk membantu mengembangkan dan menggabungkan komponen-komponen yang berbeda menjadi satu dari suatu perancangan perangkat lunak. Prado adalah sebuah framework pemrograman berbasis komponen dan event-driven untuk pengembangan aplikasi web pada PHP 5. PRADO merupakan singkatan dari PHP Rapid Application Development Object-oriented. Framework ini dibuat oleh Qiang Xue dan telah menjadi pemenang dalam Zend PHP 5 Coding Contest. Konsep Prado yang component-based dan event-driven memberikan banyak keuntungan bagi programmer web. Berikut keuntungan dengan menggunakan Prado:
a. Reusability, komponen-komponen dalam Prado dapat digunakan ulang.
b. Ease of use, komponen-komponen dalam Prado sangat mudah digunakan. Komponen juga dapat dibuat sendiri dengan menurunkan class yang sudah ada sesuai dengan kebutuhan.
c. Robustness, Prado membebaskan pengembang program (developer) dari kejenuhan dalam menulis kode-kode. Semua kode ditulis dalam format objek, method, dan properti. Tidak seperti pemrograman PHP yang biasa digunakan.
d. Performance, Prado menggunakan teknik cache untuk menjamin performance aplikasi. Dengan adanya cache ini, ia tidak perlu mem-parser ulang kode XML yang dibuat.
e. Team Integration, Prado memisahkan business logic dan presentation logic. Yang dimaksudkan adalah pembuatan layout tampilan (template) dengan kode program (class). Pembuatan keduanya dilakukan pada file yang terpisah. Dengan demikian, aplikasi berbasis Prado dapat dilakukan dalam sebuah tim dengan personal yang berbeda. Untuk melakukan koneksi ke database, Prado memanfaatkan database abstract layer, ADOdb. ADOdb adalah class yang ditulis menggunakan bahasa PHP yang berfungsi sebagai data tier, dan akan membantu mengatasi perbedaan antara penggunaan database. Cukup dengan menuliskan sebuah kode, maka koneksi dapat dilakukan ke berbagai macam database seperti MySQL, SQLLite, SQL Server, Oracle, DB2, Interbase, PostgreSQL, dan sebagainya.
VIII. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa aplikasi SIM Subsistem Farmasi ini harus disesuaikan  dengan fungsi-fungsi dan kebutuhan yang dimiliki oleh manajemen obat pada umumnya
DAFTAR PUSTAKA
Handoyo Eko, dkk, 2007,Aplikasi Sistem Informasi Rumah Sakit berbasis WEB pada Sub-sistem farmasi menggunakan framework Prado, eko@elektro.ft.undip.ac.id
Jati, sp., 2009, Evaluasi Manajemen Obat, http://www.scribd.com/doc/13981595/Evaluasi-Manajemen-Obat-Di-Rumah-Sakit, 8 Februari 2010
Rusmedi, 2008, Peran Sistem Informasi Manajemen Obat dalam Sistem Informasi kesehatan, pelatihan Pengelolaan Obat tahun 2008 se kabupaten Barito Selatan.
Sudjianto, T., 2009, Pengelolaan Obat,  http://sites.google.com/site/hisfarma/home/,  8 Februari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar