KUVET MURAH

KUVET KUARSA / GELAS dan DISPOSIBLE KUALITAS TERBAIK DENGAN HARGA BERSAING
MULAI DARI Rp 100.000,-
Hubungi 082295039612

Minggu, 13 November 2011

Parasitologi

ini adalah laporan parasitologi, waktu jaman kuliah
Trichomonas vaginalis
Class: Flagellata
Family: Trichomonadidae
Genus: Trichomonas
Speciees: Trichomonas vaginalis
Spesies parasit ini ditemukan pertama kali oleh Donne 1836 pada sekresi purulen dari vagina wanita dan sekresi traktus urogenital pria. Pada tahun 1837, protozoa ini dinamakan Trichomonas vaginalis. Parasit ini bersifat cosmopolitan ditemukan pada saluran reproduksi pria dan wanita.
Siklus Hidup dan Morfologi
Siklus hidup
Parasit hidup dalam vagina dan urethra wanita dan prostata, vesica seminalis dan urethra pria. Penyakit ditularkan lewat hubungan kelamin, bahkan pernah ditemukan pada anak yang baru lahir. Juga pernah secara kebetulan ditemukan pada anak dan wanita yang masih perawan, mungkin terjadi infeksi melalui handuk dan pakaian yang tercemar. Derajat keasaman normal pada vagina adalah 4,0-4,5, tetapi bila terinfeksi akan berubah menjadi 5,0-6,0 sehingga organisme ini dapat tumbuh baik.
Morfologi
Oval hampir menyerupai jambu
Ukuran 7-25 mikron rata-rata 17 mikron
Inti satu, oval, kariosom kecil
Membrana undulans : costa 1/3-2/3 panjang badan
4 flagel anterior, pada 1 flagel melekat membrana undulans, aksostil dan 1 flagel posterior
Aksostil sangat halus
Sitoplasma terdapat butir kromatin
Tidak memiliki bentuk Trofozoit


Gambar Siklus Hidup

Morfologi Trichomonas Vaginalis








Gambar Trichomonas Vaginalis Gambar Trichomonas Vaginalis










Gambar Trichomonas Vaginalis Gambar Trichomonas Vaginalis

Patologi
Kebanyakan spesies Trichomonas tidak begitu patogen dan gejalanya hampir tidak terlihat. Tetapi beberapa strain dapat menyebabkan inflamasi, gatal-gatal, keluar cairan putih yang mengandung trichomonas. Protozoa ini memakan bakteri, leukosit dan sel eksudat. Seperti mastigophora lainnya T. vaginalis membelah diri secara longitudinal dan tidak membetuk cyste.





















Beberapa hari setelah infeksi, terjadi degenerasi epithel vagina diikuti infiltrasi leukosit. Sekresi vagina akan bertambah banyak berwarna putih kehijauan dan terjadi radang pada jaringan tersebut. Pada infeksi akut, biasanya akan menjadi kronis dan gejalanya menjadi tidak jelas. Pada pria yang terinfeksi, gejalanya tidak terlihat, tetapi kadang ditemukan adanya radang urethritis atau prostitis.

Diagnosis
Diagnosis bergantung pada ditemukannya trichomonas dalam sekresi penderita. Dapat juga dilakukan dengan tes haemaglutination indirek (tidak langsung).

Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan dengan cara oral seperti metronidazole biasanya dapat sembuh dalam waktu 5 hari. Dapat terjadi reinfeksi kembali melalui hubungan kelamin. Obat suppositoria dan “douches” cukup baik dilakukan untuk membuat pH vagina menjadi asam. Pasangan sex juga harus diobati bersamaan untuk mencegah terjadinya reinfeksi.
Pencegahan dilakukan dengan kebersihan perorangan.
HASIL dan PENGAMATAN
Trofozoit Trichomonas Vaginallis Sel Lain


Keterangan Gambar :






Pembahasan
Pada praktikum hanya terlihat bentuk vegetative, flagel dan inti. Tetapi tidak terlihat bentuk membrane undulance, aksotil dan aksotil bebas, bentuknya seperti batang agak lonjong dan tidak menyerupai jambu.

Kesimpulan
Trichomonas hanya memiliki bentuk trofozoit dan tidak memiliki bentuk kista. Morfologi trichomonas Oval hampir menyerupai jambu dengan Ukuran 7-25 mikron rata-rata 17 mikron, memiliki inti yang besar, membrane undulance, flagel, dan sitoplasma.



Judul Praktikum : Identifikasi Parasit Meliputi Toxoplasma gondii.
Tujuan Percobann :
Dapat mengetahui cirri khas morfologi Trichomonas Toxoplasma gondii .
Tanggal Praktikum : 5 Oktober 2009

Toxoplasmosis
Pertama ditemukan pada tahun 1908 pada tikus gurun, sejak itu parsit tersebut ditemukan disetiap negara di dunia. Banyak spesies terserang parasit ini antara lain: carnivora, insectivora, rodentia, babi, herbivora, primata dan mamalia lainnya. Parasit ini bersifat cosmopolitan pada orang tetapi dapat menyebabkan sakit.
Siklus Hidup dan Morfologi
Siklus Hidup
Toxoplasma merupakan parasit intra seluler pada bermacam-macam jaringan tubuh termasuk otot dan epithel intestinum. Pada infeksi berat parasit dapat ditemukan dalam darah dan eksudat peritoneal. Daur hidupnya termasuk dalam epithel intestinum (enteroepithelial) dan fase “extraintestinal” terdapat dalam kucing rumah dan hewan piaraan lainnya. Reproduksi sexual dari toxoplasma terjadi pada waktu hidup dalam tubuh kucing, dan reproduksi asexual terjadi pada hospes lainnya.
Fase extra intestinal : dimulai pada waktu kucing atau hospes lainnya memakan oocyst yang bersporulasi atau termakan tachyzoid atau bradyzoites yang merupakan fase infektif. Oocyst dengan ukuran 10-13 um X 9-11 um pada dasarnya mirip dengan oocyst jenis isospora lainnya. Sporozoits keluar dari sporocyst, sebagian masuk kedalam sel epithel dan tinggal di lokasi tersebut, lainnya masuk kedalam mukosa dan berkembang di lamina propria, kelenjar lymfe mesenterica, organ lainnya dan dalam sel darah putih. Pada hospes lain seperti kucing tidak ada perkembangan di daerah enteroepithelial, tetapi sporocyst masuk dalam sel hospes dan memperbanyak diri dengan “endodyogeny”. Sel yang membelah diri secara cepat dan menyebabkan infeksi akut disebut “tachyzoits”. Sekitar 8-16 tachyzoit mengumpul dalam sel vacuola parasitophorus sebelum sel mengalami disintegrasi, bila parasit membebaskan diri dari sel tersebut merka akan menginfeksi sel lain. Tachyzoit tidak tahan terhadap sekresi asam lambung, tetapi tachyzoit bukanlah sumber infeksi yang penting dibanding fase lainnya.
Bilamana infeksi menjadi kronis, zoits yang berada dalam otak, jantung dan otot memperbanyak diri lebih lambat daripada fase akut. Dalam hal ini zoit tersebut dinamakan “bradyzoites” dan mereka terakumulasi dalam jumlah besar dalam sel hospes. Mereka kemudian dikeleilingi oleh lapisan dinding yang kuat disebut “zoitocyst”. Cyste tersebut dapat bertahan selama berbulan-bulan atau beberapa tahun terutama dalam jaringan saraf. Pembentukan cyste tersebut diikuti dengan perkembangan imunitas terhadap infeksi baru, yang biasanya permanen. Bila daya imunitas menurun, bradyzoit melepaskan diri dan merupakan booster untuk menimbulkan daya imunitas lagi pada tingkat semula. Proteksi terhadap reinfeksi dengan adanya agen infeksi dalam tubuh disebut “premunition”. Imunitas terhadap toxoplasma ada dua yaitu: imunitas “humoral” dan “cell mediated”. Dinding cyste dan bradyzoites sangat resisten terhadap pepsin dan trypsin dan bila tertelan parasit tersebut dapat menginfeksi hospes baru.
Fase enteroepithelial: Dimulai pada waktu kucing memakan zoitocyst yang berisi bradyzoits, oocyst yang berisi sporozoit atau tachyzoit. Kemungkinan lain adalah adanya migrasi zoit dari extraintestinal kedalam intestinal dalam tubuh kucing. Begitu parasit masuk sel epithel usus halus atau colon, parasit berubah menjadi trophozoit dan siap tumbuh untuk mengalami proses schizogony. Telah diteliti ada 5 strain toxoplasma yang dipelajari pada fase ini, dari yang memproduksi 2 sampai 40 merozoit dari scizogony, polygony, atau endodyogeni, dimana prosesnya asexual. Gametogony tumbuh di dalam usus terutama usus halus, tetapi sering terjadai dalam ileum. Sekitar 2-4% gametocyst adalah jantan yang masing-masing dapat memproduksi 12 microgamet. Oocyst yang ditemukan dalam feses kucing terjadi setelah 3-5 hari post infeksi dari cyste, dengan jumlah tertinggi pada hari ke 5-8. Oocyst memerlukan oksigen untuk sporulasi, sporulasi terjadi pada hari ke 1-5.
Morfologi
Trofozoit
Menyerupai bulan sabit, ujung satu runcing dan satu membulat.
4-8 mikron
1 inti yg letaknya di tengah-tengah.
Keterangan : Trofozoit ini didalam sel berkembang biak secara endodiogoni. Apabila sel penuh mengandung trofozoit, sel tersebut pecah dan trofozoit yang dibebaskan masuk ke sel-sel yang ada di sekitarnya dan sebagian difagositosis oleh makrofag. Bentuk pseudokista yang mengandung sejumlah trofozoit hasil dari proses endodiogomi, selanjutnya ditemukan dalam sel hospes dalam waktu yang lama dan tanpa pembentukan kista yang sejati.
Kista
Dibentuk dalam sel hospes dengan ukuran yang berbeda-beda. Apabila kista kecil ini hanya mengandung beberapa organism tang berukuran 200 mikron, didalamnya berisi ± 3000 organisme. Kista ini dapat ditemukan seumur hidup di dalam tubuh hospes terutama di otak, otot jantung dan otot bergaris. Di otak kista berbentuk lonjong dan bulat, sedangkan bila terdapat di otot keberadaan kista ini mengikuti sel otot.




















Siklus Hidup Toxoplasma Gondii


























Takizoit Toxoplasma gondii (Frenkel, 1989) Trofozoit Toxoplasma gondii



































A. Tachyzoites in impression smear of lung. Note crescent-shaped individual tachyzoites (arrows), dividing tachyzoites (arrowheads) compared with size of host red blood cells and leukocytes. Giema stain.
B. Tissue cysts in section of muscle. The tissue cyst wall is very thin (arrow) and encloses many tiny bradyzoites (arrowheads). Hematoxylin and eosin stain.
C. Tissue cyst separated from host tissue by homogenization of infected brain. Note tissue cyst wall (arrow) and hundreds of bradyzoites (arrowheads). Unstained.
D. Schizont (arrow) with several merozoites (arrowheads) separating from the main mass. Impression smear of infected cat intestine. Giemsa stain.
E. A male gamete with two flagella (arrows). Impression smear of infected cat intestine. Giemsa stain.
F. FUnsporulated oocyst in fecal float of cat feces. Unstained. Note double layered oocyst wall (arrow) enclosing a central undivided mass.
G. Sporulated oocyst with a thin oocyst wall (large arrow), 2 sporocysts (arrowheads). Each sporocyst has 4 sporozoites (small arrow) which are not in complete focus. Unstained.

Patologi
Tipe enteroepithelial hanya hidup selama beberapa hari, terutama pada ujung vili. Tetapi fase extraepithelial, terutama yang berlokasi di retina atau otak, cenderung menyebabkan infeksi yang serius.
Infeksi pada umur dewasa biasanya tidak menunjukkan gejala (asymptomatik). Tetapi bila terjadi penurunan daya tahan oleh karena obat (obat imunosupresif seperti corticosteroid) gejala akan menjadi tampak. Infeksi yang memperlihatkan gejala (symptomatik infection) di kelompokkan dalam 3 kategori yaitu: infeksi akut, sub akut dan kronis.
Infeksi akut: Infeksi pertama terjadi dalam extraintestinal pada kucing dan hospes lain termasuk manusia, yang diserang adalah organ kelenjar lymfe mesenterica dan parenchym hati. Dua jaringan tersebut akan cepat mengalami regenerasi untuk melawan parasit. Gejala yang terlihat adalah rasa sakit, pembengkakan kelenjar lymfe di daerah cervic, supra clavicula dan inguinal. Gejala ini diikuti demam, sakit kepala, sakit otot, anemia dan komplikasi paru. Gejala ini dapat dikelirukan dengan penyakit flu. Bilamana imunitas berkembang akan menyebabkan terjadinya infeksi sub-akut.
Infeksi sub-akut: Terjadi waktu daya imunitas terbentuk dan menekan proses proliferasi tachyzoit. Hal ini bersamaan dengan terbentuknya cyste. Cyste ini bertahan beberapa tahun dan tidak memeprlihatkan gejala klinis. Kadang cyste pecah dan keluar bradyzoit dan biasanya dibunuh oleh reaksi tubuh hospes, walaupun beberapa lainnya membentuk cyste baru. Kematian bradyzoit akan merangsang terbentuknya reaksi hipersensitif dalam bentuk peradangan pada area yang terkena. Pada otak secara perlahan diganti dengan nodule sel glia. Bila banyak nodule terbentuk, akan terlihat gejala encephalitis kronis yaitu “spasmic patalysis”. Terjadinya reinfeksi pada sel retina oleh tachyzoit dapat merusak retina. Cyste dan cyste yang pecah dalam retina dan choroid akan menyebabkan kebutaan. Gejala patologik toxoplasma yang kronis lainnya adalah myocarditis, kerusakan jantung permanen dan pneumonia.
Congenital toxoplasmosis
Bila ibu yang sedang hamil terinfeksi toxoplasma akut, organisme akan menginfeksi faetus yang dikandungnya. Untungnya infeksi neonatal kebanyakan tidak memperlihatkan gejala, tetapi banyak kasus terjadi kematian fetus dan gagal melahirkan. Diduga toxoplasma masuk ke fetus melalui plasenta dari darah ibunya, tetapi karena uterus sendiri terinfeksi berat, terjadinya transmisi langsung dapat terjadi.
Abortus spontan terjadi bila faetus terinfeksi toxoplasma baik pada orang maupun hewan. Pada suatu penelitian diantara 118 kasus infeksi maternal pada awal dan selama masa kehamilan terjadi 9 kasus abortus atau kematian neonatal, 39 kasus congenital akut toxoplasmosis dengan dua kasus kematian dan 28 kasus infeksi sub-klinis. Infeksi maternal pada triwulan pertama masa kehamilan akan menyebabkan patogenik yang ekstensif, tetapi transmisi parasit ke fetus lebih sering terjadi infeksi maternal pada triwulan ke 3.
Lesi pada toxoplasma congenital adalah hydrocephalus, mikrocephali, cerebral calcifikasi, chorioretinitis dan gangguan psychomotor. Pada kasus kehamilan kembar, salah satu fetus memperlihatkan gejala yang serius daripada lainnya yang tidak menunjukkan gejala infeksi. Pada anak yang lahir selamat dari infeksi congenital, terjadi kerusakan otak congenital, terlihat dengan gangguan mental dan epilepsi. Hal inilah toxoplasmois adalah penyebab serius pada ibu hamil.
Proses adesi toxoplasma pada sel hospes.
Toxoplasma dan parasit apicomplexa lainnya, menyerang target sel hospes melalui suatu mekanisme yang dinamis. Tidak seperti mikroorganisme lainnya T.gondii secara aktif melakukan penetrasi ke dalam sel hospes dalam suatu proses yang sangat tergantung pada aktin dan myosin. Penetrasi sangat tergantung aktin dan myosin dalam sitoskleton serta dibantu organel sekretori (micronema, rhoptries dan dense granul) dengan menggunakan energi yang berasal dari ATP. Dalam adesinya T.gondii berikatan dengan protein ekstraseluler hospes yaitu laminin berfungsi memediasi perlekatan kepada reseptor yaitu integrin β 1 di fibroblast. (Coppens and Joiner, 2001) serta terdapatnya suatu subtrat sulfat proteoglican yang tersebar di permukaan sel hospes sehingga juga mudah dikenal oleh parasit. Ortaga-Barria and Boothroyd, (1999) dalam Carruthers et al ( 1999) bahwa lectin-like activity yang berikatan dengan sulft polisakarida dapat mengaglutinasi eritrosit sehingga dapat menempel pada glycosaminoglycan (GAG) sel hospes. Ditambahkan lagi oleh Carruthers et al ( 1999) bahwa Laminin meningkatkan invasi parasit pada fibroblas dan makrofag. Reseptor dari sel hospes adalah α6β1 integrin pada fibroblas manusia, sel chinese hamster ovary (CHO) dan laminin-binding protein 32/67k Da. SAG1 yang sangat berperan dalam invasi parasit pada sel hospes. Pergerakan Toxoplasma tergantung pada suatu motor myosin yang disebut dengan TgMyoA terdapat di bawah plasma membran. Kerjanya seperti cargo yang terdapat dalam plasma, selanjutnya TgMyoA ini bergabung dengan filament aktin dari parasit sehingga pergerakannya ditentukan oleh polimerisasi
lokal dari filamen aktin baru dibawah membran. (Carruthers et al .,1999) Beberapa protein yang terlibat dalam proses penetrasi adalah enzim kalsium dependent phospolipase A2 (PL A2 ), phosphatidylchloine-spesifik phospolipase C (PLC) dan serine phospatase, aktin depolimerisasi, aktin polimerisasi, myosin ATPase dan light-chain kinase (Coppens and Joiner, 2001). Sekresi protein MIC3 mengandung chitin-binding-like domain berfungsi dalam pengikatan membran plasma hospes dengan permukaan parasit setelah terjadi exocytosis (Coppens and Joiner, 2001). Reseptor MIC pada vetebrata adalah integrin, thrombospondin, kallikrein dan Epiderma Growth Factor (EGF) (Carruthers , 2002). MIC2 mempunyai single integrin-like I-domain (A domain) dan six thrombospondin type I-like repeat (Carruthers, 2002) Dalam perlekatan digunakan laminin dan HSPG sebagai reseptor. Tipe lain untuk perlekatan akibat fungsi dari MIC adalah TgMIC1 bergandengan dengan TgMIC4 dan TgMIC6 (Carruthers, 2002) TgMIC1 dan TgMIC4 berikatan dengan hosst sel serta bertanggung jawab adesi. TgMIC1 adalah suatu lectin-spesific lactose yang berrikatan dengan reseptor pada permukaan sel lactosa-containning glycoprotein. TgMIC6 berfungsi sebagai anchor kompleks adesi pada membrane. Protein MIC 2 berperan dalam lokomosi sel (Coppens dan Keith, 2001).
Adapun ligand pada takizoit berperan penting dalam penempelan termasuk spesifik mayor surface antigen (SAG 1 dan 3), serta protein dari mikronema (MIC 1,2, dan 3). Selanjutnya dikatakan juga bahwa SAG-1, SAG-2, MIC-1 dan MIC-2 adalah ligand parasit yang berikatan dengan reseptor monosit sehingga dapat memicu signal transduction pathway baik pada sel parasit maupun sel inang (Channon et al , 1999). MIC-3 mengandung chitin-binding – like domain yang mampu berikatan dengan membran plasma host dan permukaan parasit setelah exocytosis. SAG-1 adalah faktor penentu virulensi dan ekspresinya dapat meningkatkan kemampuan invasi takizoit (Cresbon - Delauw, 1994). Struktur SAG -3 mirip dengan struktur molekul SAG-1 dan
mutasi pada gen yang mengkode protein SAG 3 menyebabkan penurunan kemampuan untuk menginvasi sel hospes. (Susanto dkk, 1999) Menurut Cresbon - Delauw (1994) bahwa kemampuan T.gondii untuk menginfeksi berbagai tipe sel karena adanya parasitophorous vacuola (PV), yang berfungsi menghindari keberadaan lysosome. Vacuola terbentuk karena invaginasi membran plasma sel hospes.


Proses invasi parasit ke dalam sel
Proses invasi parasit merupakan kelanjutan dari proses penempelan yang terrdiri dari beberapa fase yaitu penonjolan bagian apikal parasit, pembentukan bagian yang bergerak untuk menggerakkan bagian posterior saat invasi (Susanto dkk, 1999), eksositosis rhoptry, eksositosis mikronema dan masuknya parsit ke dalam vakuol parasitoforus. Proses invasi berlangsung secara aktif dan cepat diperlukan 15 – 38 detik untuk masuk kedalam sel hospes sedangkan sel fagosit untuk dapat memfagositosi butuh waktu 2 sampai 4 menit ( http://www-armmcbnu. cam.ac.uk/01002277a.pdf). dengan wujud pergerakan parasit secara spiral (Susanto, 1999). Menurut Hehl et al ( 2000) bahwa invasi parasit ke sel hospes yang merupakan reseptor-mediated dan melibatkan apical compleks, antigen permukaan dan produk yang dilepaskan oleh organel sekretori (mikronema, rhoptries dan dense granule). Rhoptry merupakan salah satu organel sekresi yang mengeluarkan substansi aktif atau litik ke membran hospes pada waktu invasi serta berperan penting selama reorientasi dan penetrasi sel. Rhoptri dibentuk dari penonjolan
aparatus Golgi dan isi rhoptri berupa protein (ROP-1) pada waktu menetrasi sel hospes dikeluarkan sehingga terbentuk vakuola kosong pada parasit yang baru saja menginvasi sel hospes fungsi untuk membentuk membran vakuol parasitoforous yang berasal dari membran sel hospes ( Susanto dkk., 1999).
Isi rhoptri dikeluarrkan ke dalam vakuola dan berperan terrutama dalam pembentukan membran vakuol parasitoforous yang berasal dari membran sel hospes. Organel sekretori (rhoptri, mikronema dan granul padat) berinteraksi dengan sek target sehingga terjadi perubahan pada membran sel target akibat proses enzimatik dan ketidak stabilan membran akibat kemasukan molekul hidrofobik ke dalam lipid dwi lapis. (Susanto dkk., 1999) Isi mikronema yaitu MIC1, MIC2, MIC3 selain berperan dalam proses adesi juga berperan dalam proses invasi. MIC2 dihasilkan dari mikronema selama fase penempelan sebagai suatu protein transmembran ekstraselular pada apikal dari membrane plasma takizoit. Organel lain adalah granul padat mengandung protein dengan berat molekul 20 – 40 kDA yaitu protein GRA. GRA merupakan komponen dinding kista yang sedang berkembang. Protein GRA terdiri atas GRA 1, GRA 2 , GRA 4 dan GRA 6 berhubungan dengan jaringan membrane tubular penghubung membran plasma parasit dan membran vakuol inang. GRA 5 akan bergabung dengan membran vakuola, sedangkan GRA 3 bergabung baik dengan jaringan membran tubular maupun membran vakuola (Susanto, 1999).















Tanggap kebal inang
Perubahan stadium dari takizoit ke bradizoit adalah peristiwa yang penting dalam patogenesis. Pada stadium ini dalam perkembangan toxoplasma iditemukan antigen spesifik pada tiap stadium perkembangan. Antigen organel sekresi juga penting dalam patogenesis toxoplasmosis. Penelitian oleh Tomavo S et al., (1991) dalam Susanto dkk., (1999) mewujudkan dengan tekhnik immunoblotting lysate bahwa bradizoit memiliki berbagai antigen yang dapat dikenali oleh antibodi monoklonal (Mab), dengan imunofloressens tiga diantaranya terletak pada permukaan bradizoit sedangkan takizoit mempunyai 5 protein permukaan utama. Dari hasil penelitian terlihat bahwa Mabs bereaksi dengan salah satu protein perrmukaan utama takizoit (P43 dan P 23). Sedangkan 3 Mabs lain yang kurang spesifik tidak bereaksi dengan 3 bradizoit yang lainnya. Gustafsson et al ( 1997) tidak menemukan adanya perbedaan respon humoralawal di antara kelinci liar dan kelinci piara dalam menghasilkan IgG dan IgM. Perbedaan nampak pada respon proliferasi limfosit. Studi in vitro mewujudkan bahwa proliferasi limfosit kelinci piara terjadi sedangkan pada kelinci liar tidak terjadi. Hal ini menerangkan bahwa adanya nekrosis fokal dalam jumlah besar yang ditemukan pada kelinci liar pada waktu nekropsi. Tanggap kebal yang bersifat Innate pada toxoplasmosis tergantung pada kemampuan IL-12 untuk merangsang sel NK menghasilkan IFN-γ. Namun pembentukan respon sel NK yang optimal tergantung CD 28, IL-1 dan TNF-α
yang akan meningkatkan kemampuan IL-12 dalam menginduksi sel NK untuk menghasilkan IFN –γ (Cai, 2000). Karena sel NK untuk mengekspresikan reseptor IL-18 sedangkan IL-18 bekerjasama dengan IL-12 meningkatkan aktivitas sel NK maka diduga bahea IL-18 terlibat dalam proses regulasi tanggap kebal yang bersifat innate. Mengingat proses perubahan takizoit menjadi bradizoit adalah proses yang terjadi secara perlahan-lahan yang disertai ekspresi molekul yang spesifik pada tiap stadium disertai perubahan morfologi pada hospes yang immunokompotens maka parasit ini akan menginduksi kekebalan tipe 1 dari sel T ( Gavrilescu, 2004), sehingga menghasilkan IL -12 dan interferon gamma. Perubahan terjadi secara spontan tanpa mengindahkan tipe sel hospes
(Susanto, 1999). Perkembangan parasit diatur oleh gen yang mengkode takizoit (LDH1) atau gen yang mengkode bradizoit (LDH2). Ada 2 mekanisme perubahan stadium yaitu perubahan spontan pada parasit yang diatur oleh sistem imun dan faktor lain yang menginduksi perubahan stadium. Interferon γ (IFN-γ) berperan dalam pembentukan kista karena menghambat replikasi takizoit pada makrofag mencit dan menginduksi antigen
spesifik untuk bradizoit (Susanto dkk., 1999). Kadar IFN –γ yang menurun pada penderita AIDS dapat menyebabkan reaktivasi toxoplasmosis kronis. Sesudah invasi T.gondii ke dalam sel hospes, mitokondria biasanya ditemukan di sekitar vakuol parasitoforus dan berfungsi dalam memberi enersi bagi replikasi parasit, IFN –γ menghambat replikasi parasit karena menginduksi pelepasan Noyang mempunyai efek menghambat fungsi mitokondria (Susanto dkk., 1999)


Diagnosis
Diagnosis spesifik pada orang berdasarkan beberapa hasil tes laboratorium. Penggunaan hewan percobaan dengan inokulsi dari hasil biopsi kelenjar lymfe, hati atau limpa pada tikus hasilnya lebih akurat. Penggunaan teknik komplemen fixation di kombinasi dengan hemaglutinasi dan tes pewarnaan juga menghasilkan diagnosis yang tepat.

Pemereiksaan Laboratorium
Menemukan parasit pada jaringan atau cairan badan
o Infeksi akut : visera, cairan badan dan sekresi
o Infeksi subakut dan kronik : aspirasi cairan ventrikular, SSP atau autopsi
Mengisolasi parasit dengan inokulasi pada tikus, diagnosa pasti
Deteksi antibodi spesifik (test serologis), apabila sulit menemukan parasitnya
Test Serologi
Antibodi IgG: test warna (Sabin Feldman test), CFT, hemaglutinasi indirek, floresen antibodi indirek, aglutinasi langsung, aglutinasi lateks
Antibodi IgM: IgM assay dan test ELLISA
Titer IgG, infeksi telah lalu
Titer IgM, infeksi akut baru-baru ini
Antibodi IgM tidak menembus plasenta
Infeksi awal dan infeksi kronis :
o Infeksi awal: IgM (+), titer IgG rendah
o Infeksi kronis: IgM (-), titer IgG tinggi
Toxoplasmosis kongenital :
o Transfer antibodi secara pasif, IgM (-)
o Terbentuknya antibodi secara aktif, IgM (+)
Test Warna Sabin-Feldman
o Dasarnya : T. gondii menyerap zat warna biru dari metilen biru; bila sebelumnya parasit telah direaksikan dengan zat anti T. gondii, maka warna biru tadi tidak diserap
o Test warna negatif : < 50% parasit tidak terwarnai alkalin metilen biru
o Test warna positif : > 50% parasit tidak terwarnai alkalin metilen biru

Pengobatan
Pengobatan dengan pyrimetamin dan sulfonamide bersamaan banyak digunakan sebagai obat toxoplasmosis ini.


Pencegahan
Tidak ada cara praktis yang diketahui untuk pencegahan toxoplasmosis pada manusia
Perhatikan cara manusia terinfeksi, hindari manusia dari cara infeksi tersebut

Hasil dan Pengamatan
Toxoplasma Gondii
Ket Gambar

Pembahasan
Pada pengamatan praktikum hanya didapatkan bentuk vegetative dari toxoplasma gondii, ada yang tampak intinya ada sebagian yang tidak Nampak intinya. Dengan gambar yang sangat samar.

Kesimpulan
Morfologi toxoplasma memiliki dua bentuk yaitu trofozoit dan kista. Kista toxoplasma bisa dalam bentuk ookista, pseudokista, sporookista, takizoit dan bradizoit.
Cara diagnosis yang dilakukan pada umumnya secara serologi, karena apabila secara mikroskopis riskan terjadi penularan pada pemeriksanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar